Galeri Seni adalah wisata menarik bagi penikmat seni. Di sini indera hanya sebagai penonton dan rasa yang lebih berperan menyelami karya-karya. Nah, kalau ke kawasan Kota Lama Semarang, silakan coba tantang rasa untuk menyelam di Semarang Contemporary Art Galery.
November rain. Ya, bulannya musim hujan. Mau kemana-mana takut kebasahan. Lebih-lebih ke tempat wisata, harus berhitung benar dan sering-sering buka aplikasi ramalan cuaca.
Tapi ada kok tempat yang tak kalah bagus untuk jalan-jalan tanpa kawatir kehujanan. Galeri Seni. Bisa lukisan, bisa pula seni kontemporer. Kedengaran kurang populer ya? Ah, itu karena kau belum nyoba. Sesekali lah masuk situ. Bisa-bisa terperangah dengan karya yang tak terduga.
[caption id="attachment_397234" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Di Semarang, ada galeri seni yang dekat tapi acapkali kelewat. Namanya Semarang Contemporary Art Galery. Dimana tuh? Kawasan Kota Lama. Lho, apanya Gereja Blenduk? Sebelahnya.
[caption id="attachment_397233" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Bener kan kelewat. Sibuk fota-foto sih. Sini tak kasih tahu. Semarang Contemporary Ary Galery, ada di komplek tua sebelah utaranya Gereja Blenduk. Hanya selisih satu taman saja. Belok kiri dikit nyampai. Ada tulisannya. Tiket masuknya Rp10 ribu. Mahal? Kalau kamu biasa piknik gratisan sih iya. Tapi kalau sudah lihat koleksinya, duit segitu sebanding lah.
Peek House
Sedikit flashback. Galeri seni ini menempati gedung bekas rumah kuno. Namanya Peek House. Dulu pernah dipakai untuk tempat tinggal pastur gereja. Lalu dirobohkan dan dibuat gedung baru bergaya Spanyol pada tahun 1918.
Pada perkembangannya, Peek pernah dijadikan kantor oleh perusahaan milik raja gula Indonesia Oei Tiong Ham yang juga orang terkaya di Asia Tenggara pada waktu itu. Lalu berganti-ganti dipakai oleh beberapa perusahaan. Sebelum jadi galeri seni yang sekarang, 1998 Peek House sempat dipakai untuk perusahaan sirup.
[caption id="attachment_397240" align="alignnone" width="900"] Ruang interior Peek House, bangunan tahun 1918 yang kini jadi galeri seni. Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Setelah direnovasi, kini jadi ruang galeri besar yang bersih penuh lukisan dan karya seni lainnya.
[caption id="attachment_397244" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
"Kita rutin ganti lukisan pada jangka waktu tertentu, karya para seniman di Semarang serta kota-kota lain. Ada yang hanya dipamerkan, ada juga dijual," kata Wisnu, staf galeri.
[caption id="attachment_397235" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Jangan membayangkan lukisan yang dipajang itu semacam pemandangan, gunung, dan semacamnya. Ada sih, tapi sebagian besar adalah lukisan dengan ide yang cemerlang dengan berbagai aliran, baik natural maupun kontemporer. Beberapa juga mengandung pesan sosial kuat.
[caption id="attachment_397246" align="alignnone" width="900"] Salah satu karya seni di Semarang Contemporary Art Galery. Ada yang bisa menebak makna karya ini? Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Nah, yang bikin tercengang, beberapa lukisan dibuat dengan bahan dan cara yang tak biasa.
[caption id="attachment_397245" align="alignnone" width="900"] Lukisan dari arang kayu. Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Tak memakai cat pada umumnya, tapi memakai arang kayu, atau atau guratan pensil yang menjadi lukisan monokrom.
[caption id="attachment_397236" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
"Kita menampung karya seniman muda juga seniman daerah yang butuh media, butuh ruang pamer untuk menampilkan karya, itu yang penting. Kalau kemudian ada yang membeli dengan harga pantas itu adalah bonus," kata Wisnu.
Bagaimana pengunjungnya?
"Kalau weekend atau hari libur lumayan, ada imbasnya juga dengan kawasan Kota Lama yang ramai, tapi ya silih berganti tidak langsung banyak gitu. Ada sebagian penikmat seni, tapi sebagian besar anak-anak muda yang main ke Kota Lama trus mampir ke sini," terangnya.
Mereka menikmati karya seni juga?
"Sebagian iya. Tapi lebih banyak yang lihat-lihat, trus selfie di depan lukisan, hehehehe..... begitulah tren sekarang, dimana-mana begitu kan. Tapi bagus juga, paling tidak dengan begini mereka tahu karya lukisan yang berseni itu seperti apa," ungkapnya.
Teguh Joko Sutrisno | Semarang, Jawa Tengah