Sedikit flashback. Galeri seni ini menempati gedung bekas rumah kuno. Namanya Peek House. Dulu pernah dipakai untuk tempat tinggal pastur gereja. Lalu dirobohkan dan dibuat gedung baru bergaya Spanyol pada tahun 1918.Pada perkembangannya, Peek pernah dijadikan kantor oleh perusahaan milik raja gula Indonesia Oei Tiong Ham yang juga orang terkaya di Asia Tenggara pada waktu itu. Lalu berganti-ganti dipakai oleh beberapa perusahaan. Sebelum jadi galeri seni yang sekarang, 1998 Peek House sempat dipakai untuk perusahaan sirup.[caption id="attachment_397240" align="alignnone" width="900"] Ruang interior Peek House, bangunan tahun 1918 yang kini jadi galeri seni. Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]Setelah direnovasi, kini jadi ruang galeri besar yang bersih penuh lukisan dan karya seni lainnya.[caption id="attachment_397244" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]"Kita rutin ganti lukisan pada jangka waktu tertentu, karya para seniman di Semarang serta kota-kota lain. Ada yang hanya dipamerkan, ada juga dijual," kata Wisnu, staf galeri.[caption id="attachment_397235" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]Jangan membayangkan lukisan yang dipajang itu semacam pemandangan, gunung, dan semacamnya. Ada sih, tapi sebagian besar adalah lukisan dengan ide yang cemerlang dengan berbagai aliran, baik natural maupun kontemporer. Beberapa juga mengandung pesan sosial kuat.[caption id="attachment_397246" align="alignnone" width="900"]