Gedung Marba Dibangun Saudagar Yaman Kini Jadi Ikon Kota Lama

Gedung Marba Dibangun Saudagar Yaman Kini Jadi Ikon Kota Lama (Foto : )

Gedung Marba tampil menonjol di Kota Lama Semarang. Warnanya paling beda. Dominan merah batu bata. Kini menjadi ikon Kota Lama Semarang. Mengapa dinamai Marba? Bagaimana sejarah singkatnya? Jika rata-rata bangunan tua di kawasan ini berwarna dominan putih, tidak begitu dengan Gedung Marba yang dominan merah batu bata. Inilah yang membuat Gedung Marba jadi favorit wisatawan untuk berfoto, selain tentu saja Gereja Blenduk. [caption id="attachment_395153" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption] Tapi, umumnya wisatawan jaman now ya numpang foto aja. Jarang yang serius mengulik kilas balik gedung-gedung tua yang punya arsitektur menawan tersebut. Kecuali wisatawan yang dipandu oleh guide. Pasti akan mendapat banyak infomasi. Lalu apa sih Gedung Marba pada masa se-abad lalu? Gedung Marba posisinya hampir berseberangan dengan Gereja Blenduk. Bangunannya terdiri dua lantai. Saat itu, di penghujung abad 19, seorang saudagar kaya asal Yaman Timur Tengah, bernama Marta Badjunet memprakarasi pembangunan gedung untuk pusat perdagangan dan bisnis. Makanya, kemudian gedung tersebut dinamai Marba, singkatan dari Marta Badjunet. [caption id="attachment_395157" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption] "Iya. Kota lama itu dulu kan pusat kota ya, pusat bisnis, sementara kantor pemerintah dan pemukiman ada di daerah selatan. Salah satunya gedung Marba itu berada di kawasan bisnis, dipakai oleh saudagar kaya untuk usaha. Arsitekturnya hampir sama dengan bangunan lama masa itu yang berkiblat Eropa, namun Marba secara desain muka memang beda karena batu batanya menonjol dengan warna merah," kata Yongki Tio, pengamat sejarah Kota Semarang. Dari literatur yang ada, Gedung Marba dipakai untuk kantor perusahaan ekspedisi muatan kapal laut. Kemudian pada perkembangannya, Gedung Marba juga berfungsi sebagai toko modern pada masa itu. Namanya De Zeikel yang merupakan satu-satunya toko kelas atas di masa itu. [caption id="attachment_395154" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption] Selanjutnya setelah rezim berganti dan perkembangan kota berubah, pusat bisnis pun bergeser. Kota Lama kini jadi kawasan heritage. Bangunan lama direnovasi dan direvitalisasi. Ada yang menjadi kafe, gedung seni, tempat ibadah, gudang, serta tempat wisata. [caption id="attachment_395155" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption] Gedung Marba sendiri, menurut situs cagar budaya Kemendikbud, saat ini dikelola oleh sebuah perusahaan bernama Pan Indonesia. Beberapa papan nama perusahaan nampak terpampang di dekat pintu masuk gedung Marba yang menunjukkan kalau bangunan tua ini masih berfungsi. Teguh Joko Sutrisno | Semarang, Jawa Tengah