KROSCEK: Rakyat Minta Saya Menjabat 8 Tahun, Saya Merasa seperti “UMAR BIN KHATTAB”

fi jokowi (Foto : )

Muncul di media sosial sebuah unggahan yang menyebut, Rakyat Minta Saya Menjabat 8 Tahun, Saya Merasa Seperti “UMAR BIN KHATTAB” Beredar di media jejaring sosial Facebook, dari akun atas nama Prabu Wicaksono yang membagikan postingan (23/10/2020), sebuah tangkapan layar artikel berita dari situs geloranews bergambar Presiden Jokowi, dengan judul berita “Rakyat Minta Saya Menjabat 8 Tahun, Terkadang Saya Merasa Seperti “UMAR BIN KHATTAB” Dalam postingannya, pemilik akun menyantumkan narasi dengan menulis, “Bong plis jangan ketawa… cukup kasih komen kira2 pantas gak dia bilang mirip shohabat Umar….” [caption id="attachment_392631" align="alignnone" width="820"] Postingan akun Prabu Wicaksono. (Screenshot Facebook)[/caption] Sejak dibagikan unggahan tangkapan layar artikel berita ini, telah direspon oleh publik sebanyak 19 komentar. Kemudian benarkah klaim dalam artikel yang diunggah akun Prabu Wicaksono tersebut? Berikut krosceknya. Penelusuran Kroscek ANTVklik, terkait artikel yang berasal dari situs berita geloranews (gelora.co), menggunakan kata kunci "rakyat meminta saya menjabat selama 8 tahun dst, tidak ditemukan artikel yang dimaksud. Penelusuran beralih ke foto yang digunakan untuk mendukung artikel, berdasarkan pencarian reverse images search, ditemukan sumber asli foto merupakan karya foto dari jurnalis kompas.com, Garry Andrew L. Foto tersebut digunakan situs gelora.co dalam artikelnya dengan judul “PDIP Sebut Jokowi Lebih Baik Dari Putin, Sekjen PBB: Di mana Nawacita?, yang dimuat pada 31 Maret 2018. Jadi judul artikel asli telah mengalami suntingan, foto tetap sama namun pada judul diganti dengan judul baru “Rakyat Minta Saya Menjabat 8 Tahun, Terkadang Saya Merasa Seperti “UMAR BIN KHATTAB”.   Dilansir gelora.co, dalam artikelnya dengan judul “PDIP Sebut Jokowi Lebih Baik Dari Putin, Sekjen PBB: Di mana Nawacita?, yang dimuat pada 31 Maret 2018, dijelaskan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Bulan Bintang (PBB), Afriansyah Noor menanggapi kritikan PDIP terhadap politisi Gerindra, Fadli Zon. Menurutnya, PDIP tak perlu terlampau narsis dengan menyatakan Presiden Joko Widodo sebagai kebanggaan Indonesia. “(Joko Widodo) Payah, Nawacita mana? Rakyat dan relawan dibohongi,” katanya kepada Aktual, Sabtu (31/3). Pria yang akrab disapa Feri ini enggan menanggapi tentang ucapan Fadli Zon dalam akun twitternya. Namun, ia cukup risih dengan narsisme PDIP yang seakan menyebut Joko Widodo lebih baik dari Presiden Rusia, Vladimir Putin. Sebelumnya, Fadli Zon menyebut Indonesia lebih membutuhkan pemimpin yang tegas, berwibawa dan tidak doyan hutang seperti Putin dalam akun twitter pribadinya. Menurut Wakil Ketua DPR RI ini, Indonesia sama sekali tidak butuh pemimpin yang ‘planga plongo’. Sindiran Fadli ini pun dibalas oleh Ketua DPP PDIP, Andreas Hugo Pareira yang menyatakan Indonesia sudah memiliki Jokowi. Terkait kepemimpinan, Feri pun menyatakan jika Jokowi juga tidak dapat disamakan dengan Presiden RI pertama, Ir. Soekarno. Sebagaimana diketahui, sejak Pilpres 2014 hingga saat ini, para partai pendukung Jokowi kerap menyamakan Jokowi dengan ayah biologis dari Megawati Soekarnoputri itu lantaran menjual konsep Trisakti dan program Nawacita. “Enggak (sama) lah, Bung Karno lebih ganteng,” ujar Feri berseloroh. Ia menjelaskan,Joko Widodo sama sekali tidak sebanding dengan Bung Karno lantaran tidak memiliki dasar pemikiran yang sama. “Kebijakan Bung Karno pro rakyat. Joko Widodo sebaliknya, tegas dalam cari utang,” tutup Feri.(akt) Berdasar kroscek dan penjelasan, dapat disimpulkan unggahan akun Facebook Prabu Wicaksono artikel berita gelora.co  “Rakyat Minta Saya Menjabat 8 Tahun, Terkadang Saya Merasa Seperti “UMAR BIN KHATTAB”. adalah tidak benar. Judul dalam berita tersebut merupakan suntingan dari berita asli.  Judul asli adalah “PDIP Sebut Jokowi Lebih Baik Dari Putin, Sekjen PBB: Di mana Nawacita?”. Informasi termasuk kategori masnipulated content atau konten yang dimanipulasi. Manipulated content  biasanya berisi hasil editan dari informasi yang pernah diterbitkan media-media besar dan kredibel. Konten jenis ini dibentuk dengan cara mengedit konten yang sudah ada dengan tujuan untuk mengecoh publik.