Proyek Jurassic Park Taman Nasional Komodo mencuat dan jadi polemik usai viralnya sebuah foto.
Dalam foto yang beredar itu memperlihatkan seekor komodo tampak berhadap-hadapan dengan truk proyek yang akan melintas.
Belakangan terungkap, ternyata truk pengangkut material tersebut, merupakan bagian dari proyek pembangunan geopark.
Proyek itu digadang-gadang pemerintah akan menjadikan TN Komodo serupa dengan "Jurassic Park".
[caption id="attachment_392606" align="aligncenter" width="900"] Foto yang Viral di Media Sosial Seekor Komodo Berhadapan dengan Truk Pembawa material Bangunan (Foto Dok Istimewa)[/caption]
Dalam sebuah unggahan foto yang viral di media sosial tersebut. Tampak kadal terbesar di dunia ini hanya berjarak beberapa meter dari truk, yang membawa material proyek.
Hal itu terjadi di Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Super Prioritas Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur ( NTT).
Jurassic Park sendiri merupakan film Hollywood yang diadaptasi dari kisah fiksi. Film bercerita tentang taman nasional khusus yang didedikasikan untuk penelitian dan wisata edukasi dinosaurus.
Dalam film itu, hewan purba yang sudah punah sejak dahulu kala itu dihidupkan kembali berkat kemajuan teknologi.
Pulau Komodo dan Pulau Rinca sendiri sudah ditetapkan sebagai taman nasional sejak 1980.
Penetapan status itu untuk melindungi satwa komodo atau Varanus komodoensis, hewan endemik purba yang hanya bisa ditemukan di NTT.
Nantinya, salah satu kawasan yang akan mengalami perubahan desain secara signifikan adalah Pulau Rinca di Kabupaten Manggarai Barat.
Pulau habitat komodo ini, akan disulap besar-besaran oleh pemerintah dan investor swasta sebagai destinasi wisata premium.
[caption id="attachment_392607" align="aligncenter" width="900"] Komodo Tengah Bercengkrama (Foto Istimewa)[/caption]
Pemerintah mengeklaim, proyek-proyek yang dikerjakan di TN Komodo tersebut tetap memprioritaskan aspek ekologi berkelanjutan. Termasuk bagi spesies komodo dan sosial bagi penduduk sekitar.
"Tujuan utama konsep ini adalah mempromosikan kesejahteraan ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan. Dengan mengembangkan potensi yang ada dengan cara yang berkelanjutan," kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam keterangan resminya.
Diketahui, Pemerintah pusat menganggarkan dana sebesar Rp69.96 miliar untuk menata kawasan Pulau Rinca.
Penataan itu juga meliputi bangunan pusat informasi, sentra suvenir, kafe, dan toilet publik.
Kementerian PUPR, yang ditugaskan Presiden Jokowi, juga akan membangun kantor pengelola kawasan, selfie spot, klinik dan gudang. Termasuk ruang terbuka publik, dan penginapan untuk peneliti.
Lalu pembangunan pemandu wisata (ranger), area trekking untuk pejalan kaki dan selter pengunjung didesain melayang atau elevated. Hal itu dimaksudkan agar tidak mengganggu lalu lintas komodo.
Basuki mengeklaim, pembangunan infrastruktur pada setiap KSPN direncanakan secara terpadu. Baik penataan kawasan, jalan, penyediaan air baku dan air bersih.
Termasuk pengelolaan sampah, sanitasi, serta perbaikan hunian penduduk melalui sebuah rencana induk pengembangan infrastruktur.
Secara keseluruhan untuk tahun 2020, Kementerian PUPR mengalokasikan anggaran sebesar Rp 902.47 miliar. Dana sebesar itu untuk mengerjakan 43 paket kegiatan infrastruktur di KSPN Labuan Bajo.
Infrastruktur yang meliputi peningkatan kualitas layanan jalan dan jembatan, penyediaan sumber daya air, permukiman, dan perumahan.
Basuki mengatakan, upaya meningkatkan kunjungan wisatawan ke Labuan Bajo dilakukan secara bertahap. Pembenahan infrastruktur yang akan menjadi prioritas.
Lima penataan Zona Waterfront dimaksud kini akan memasuki tahap lelang yang terdiri atas Zona A Bukit Pramuka.
Zona B Kampung Air, Zona C Dermaga, Zona D kawasan Pantai Marina (Inaya Bay), dan Zona E Kampung Ujung.
"Sesuai arahan Presiden Joko Widodo, seluruh pembangunan infrastruktur untuk Labuan Bajo harus selesai tahun 2020. Semua desain sudah selesai, sudah mulai lelang pada Desember 2019. Sehingga kegiatan konstruksi fisik dapat dimulai pada Februari-Maret. Dan selesai akhir Desember 2020," kata Basuki.
Penataan Waterfront Labuan Bajo di 5 zona tersebut meliputi Pengembangan Zona A yang dilakukan dengan membangun promenade.
Zona pejalan kakim itu akan dilengkapi dengan fasilitas yang nyaman. Termasuk taman, kios-kios, dan menara pandang di Bukit Pramuka.
Penataan Zona B merupakan lanjutan pengerjaan yang telah dilakukan Kementerian PUPR di Kampung Air.
Pengerjaan meliputi penataan ruang-ruang terbuka dengan tema "Tangga Bajo" yang didesain agar setiap sudut ruang dapat diakses publik. Termasuk masyarakat lokal, nelayan, dan warga kampung pesisir.
Panggung-panggung terbuka juga dibangun. Tujuannya agar masyarakat dan wisatawan dapat berbaur menikmati pertunjukan seni tradisional atau atraksi seni lainnya.
Selanjutnya pada Zona C, akan dilakukan penataan Dermaga di kawasan sekitar Pelabuhan Petikemas Bajo. Nantinya tempat itu akan dipindah ke wilayah Wae Klambu.
Penataan dilakukan dengan memperlebar ruang publik lebih menjorok ke laut dengan membangun sculpture dan fasilitas ruang tunggu. Ada juga kantor pengelola, pusat informasi, serta plaza festival.
Saat ini pesisir pantai tersebut menjadi lokasi bersandar kapal-kapal wisata berbagai jenis, pinisi ataupun yacht.
Tempat itu juga menjadi pintu masuk wisatawan mancanegara melalui laut. Sementara semua kegiatan wisata laut masih bercampur aksesnya dengan kegiatan peti kemas.
Selanjutnya, Zona D merupakan area komersial yang disebut dengan kawasan Pantai Marina yang dikelola oleh ASDP Kementerian BUMN.
Pada zona ini, akan dilakukan penyelarasan trotoar dengan desain yang sama di sepanjang Jalan Soekarno-Hatta Bawah.
Penataan Zona E, merupakan pengembangan dari kawasan wisata kuliner Kampung Ujung yang telah dibangun oleh Kementerian PUPR.
pembangunan dilakukan pada TA 2017-2018 berupa deretan tenda untuk menjual makanan yang didesain berwarna putih dengan sistem knock-down.
Pada kawasan ini wisatawan dapat menikmati beragam olahan seafood di tepi laut dengan tenda-tenda yang bisa menjadi spot untuk swafoto.