Paus Fransiskus Dukung Perkawinan Sejenis? Tidak Mungkin! Ini Alasannya

Paus Fransiskus Dukung Perkawinan Sejenis? Tidak Mungkin! Ini Alasannya (Foto : )

Paus Fransiskus mendukung perkawinan sejenis? Tidak mungkin! Sayangnya banyak yang tidak mengerti arti istilah convivencia civil  sehingga mengartikannya sebagai civil union. Berikut ini tulisan menarik dari seorang kawan yang meluruskan pemahaman makna Convivencia civil. Serta-merta dunia dikagetkan oleh pernyataan Paus Fransiskus dalam film berjudul Francesco yang ditayangkan perdana pada 21/10/20 dalam rangka Festival Film Roma. Yang paling mengentak adalah frase convivencia civil dalam Bahasa Spanyol yang secara gegabah diterjemahkan oleh media sebagai civil union dalam Bahasa Inggris atau “persatuan sipil”. Dengan istilah tersebut, media merilis berita bahwa Paus asal Argentina itu mendukung pernikahan sesama jenis. [caption id="attachment_392114" align="alignnone" width="600"] Inilah kesalahan fatal penerjemah yang gegabah mengartikan apa yang diucapkan Paus Fransiskus Convivencia Civil dalam Bahasa Spanyol menjadi Civil Union dalam Bahasa Inggris. Foto: Catholics@Works[/caption] Hal pertama yang harus dikatakan, yang menerjemahkan, menafsirkan (memelintir) istilah convivencia civil  sebagai civil union lalu menjadi pengakuan atas perkawinan sejenis adalah media. Dan pertanyaannya, media yang mana? Banyak media telah dikuasai oleh kepentingan “tertentu”. Media bukan lagi pengabdi tuannya, yakni kebenaran, tapi mengabdi pada kepentingannya sendiri, minimal untuk mencari perhatian atau “sensasi” agar mendapatkan click bait yang banyak. Dan ketika jualan bernama “pernikahan sejenis” itu dilekatkan pada mulut Paus, maka akan mengundang sangat banyak perhatian. Dan ini terbukti. Seluruh dunia membicarakannya. Penulis lalu mencari arti ungkapan convivencia civil. Juga terjemahan bagian di sekitar frase tersebut. “Las personas homosexuales tienen derecho a estar en la familia. Son hijos de Dios, tienen derecho a una familia. No se puede echar de la familia a nadie, ni hacer la vida imposible por eso”. “Lo que tenemos que hacer es una ley de convivencia civil. Tienen derecho a estar cubiertos legalmente”, dijo el Papa Francisco. “Yo defendí eso”, añadió” Ranis Teluma MSF yang tengah menjalani studi doktoral moral di Spanyol menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia: “Orang-orang homoseksual punya hak untuk tinggal di tengah-tengah keluarganya. Mereka juga adalah anak-anak Allah. Kita tidak menyingkirkan dari tengah-tengah keluarga siapa pun, termasuk mengucilkan dan membunuh masa depan mereka”. “Yang harus kita lakukan adalah membuat payung hukum sipil hidup bersama. Mereka juga punya hak untuk dilindungi secara hukum. Lalu Paus menambahkan, “saya mendukung ini”. Paus Sangat Paham Sangat jelas dari terjemahan tersebut bahwa yang dimaksud Paus bukanlah “perkawinan sesama jenis”, dan dia tidak sedang berbicara tentang perkawinan sejenis. Mengapa? Karena Paus pasti sangat memahami bahwa ajaran resmi Gereja Katolik menyatakan: yang boleh menikah adalah laki-laki dan perempuan, ini pun dengan catatan bahwa keduanya sehat secara seksual. Sama halnya, yang boleh menjadi imam adalah seorang laki-laki yang sehat secara moral, jasmani,  rohani, termasuk seksualitasnya. Karena itu ada istilah selibat. Kalaupun, sekali lagi kalau, yang dimaksud Paus adalah benar perkawinan sejenis, ia sedang melawan ajaran resmi gereja atau Magisterium dan, Kitab Suci dan Tradisi Suci yang telah dianut Gereja Katolik ribuan tahun. Bukan hal mudah Gereja menerima pelegalan itu. Lagian, seperti dikatakan oleh Raymond Leo Kardinal Burke, seorang ahli hukum Gereja dan mantan kepala Pengadilan Tahta Suci, “pernyataan” melalui film itu tidak memiliki bobot magisterial apa pun. Paus adalah pimpinan untuk miliaran orang Katolik di dunia. Dia tentu menginginkan adanya persaudaraan dan saling menerima di antara umatnya. Dia tidak mau ada yang dikucilkan karena kecenderungan seksualitasnya, tapi ia ingin umatnya saling merangkul sebagai saudara. Dia justru mengajak umatnya untuk saling berdamai dalam kemanusiaan, saling mengasihi, tentu saja tetap mematuhi ajaran yang dasarnya tidak main-main, yakni Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium atau ajaran resmi Gereja. Sekali lagi, Paus mengajak untuk hidup bersama di dalam masyarakat sebagai saudara. Dan “istilah hidup bersama” tidak sama dengan perkawinan. Dengan kata lain, Paus mengajak siapa pun untuk berdamai dengan mereka yang memiliki kelainan seksual itu sambil memahami realitas hidup mereka. Ini agar mereka mendapat perlindungan dan tidak selalu menjadi sasaran diskriminasi dan kekerasan dalam aneka bentuknya. Emanuel Dapa Loka, Wartawan, TEMPUSDEI.ID