Lembah Bismo, Keindahan Tersembunyi Wonosobo

Lembah Bismo, Keindahan Tersembunyi Wonosobo (Foto : )

Lembah Bismo, lokasinya diapit dua bukit yang menjulang. Panoramanya indah dinikmati para pelancong. Udaranya sejuk. Dan, favorit, menantang bagi para rider motor dengan kapasitas mesin besar.  Gunung Bismo adalah gunung yang ada di dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah. Berderet bersama Gunung lainnya seperti Prau, Pakuwojo, dan Gunung Butak. Memang dari semua itu, Gunung Prau paling populer karena jadi favorit para pendaki. Tapi Gunung Bismo juga punya tempat tersendiri terutama bagi para rider yang gemar touring. Spot paling keren ada di sisi timur gunung. Namanya Bismo View atau Lembah Bismo. Lokasinya diapit dua bukit yang menjulang. [caption id="attachment_391794" align="alignnone" width="900"] Jalur kendaraan menuju Lembah Bismo. Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption] Menuju ke sini jalurnya beda dengan jalur ke Dieng meski masih dalam satu kawasan pegunungan. Dari Wonosobo ambil jalur menuju Dieng. Sesampainya di Pasar Garung, kalau tetap lurus ya menuju Dieng. Kalau ke kiri menuju Telaga Menjer. Oke ambil kiri saja. Nanti sebelum sampai Telaga Menjer ada belokan ke kanan menuju ke Lembah Bismo. Jalannya cukup bagus dan beraspal, meski tidak begitu lebar. Cocok betul dengan tipikal medan para tour rider. Perjalanan melewati beberapa desa khas masyarakat Dieng, pemukiman di perbukitan dengan masjid jadi bangunan paling menonjol. Sekelilingnya berupa ladang pertanian dengan komoditas utama kentang. Brenti bentar di tepi ladang bisa jadi intermezo yang mengasyikkan. Sambil lihat para petani yang menyiram tanaman dengan selang yang berputar otomatis. Lepas dari desa, medannya mulai menanjak dan berkelok. Sangat menantang bagi rider motor CC besar. Tapi skuter tetap bisa kok melahapnya meski agak berat. Dan rombongan skuter memang paling banyak terlihat melintas di jalur ini. Setengah perjalanan pemandangan semakin bikin penasaran saja. Kabut makin sering turun. Kadang menutup pandangan. Kalau sudah begini mending jalan pelan atau berhenti sambil menikmati suasana. Keren sih. Tapi safety tetap utama. [caption id="attachment_391798" align="alignnone" width="900"] Perbukitan yang kini berubah menjadi lahan kentang. Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption] Bukit-bukit yang sudah berubah jadi ladang kentang makin banyak terlihat. Entah bagaimana caranya dulu masyarakat membuka lahan, hingga sampai puncak bukit pun dibabat dan diganti komoditas pertanian. Tapi itulah mata pencaharian utama warga di Dieng. Tanahnya sudah sangat subur. Ibaratnya, lempar biji akan tumbuh sendiri. Satu jam perjalanan diselingi istirahat, kini tiba di lembah Bismo. Wow, benar-benar luar biasa. Gunung Bismo berada di sisi barat dengan rekahan lebar. Diantara jurang rekahan itu berdiri dua bukit yang mengerucut. Dan ketika kabut mengisi sela-selanya, sudahlah....puisi apapun sulit menandingi. [caption id="attachment_391802" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption] Ada jalan setapak panjang diagonal di bentangan ladang. Ujungnya tersambung dengan Gunung Bismo. Petani memakainya untuk jalan ke tengah ladang, ke hutan mencari ranting untuk kayu bakar, atau memotong rumput buat pakan ternak. Paling asyik itu jalan ke sisi timur, menaiki area yang lebih tinggi dan memandangi panorama dari sini. Kalau mau juga, parkirkan kendaraan di rumah penduduk atau basecamp lalu naik ke puncak Gunung Bismo. Tapi butuh waktu beberapa jam pulang pergi jalan kaki. [caption id="attachment_391805" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption] Dari sini bisa pilih. Mau lanjut ke Dieng lewat jalur ini, atau putar balik ke Pasar Garung baru lanjut naik ke Dieng lewat jalur utama. Kalau saya sih pilih putar balik, dan ke Dieng. Soalnya kalau ke Dieng lewat lajur Bismo medannya sangat ekstrim dengan tanjakan yang tajam. Tapi kalau suka tantangan dan pakai motor CC besar sih bisa dicoba. Tapi harus hati-hati. Anda tertantang? Teguh Joko Sutrisno | Wonosobo, Jawa Tengah