Berbagai cara dilakukan agar tidak tertular Covid-19. Seperti yang dialami sejumlah pelaut Indonesia, baik di dalam maupun luar negeri. Mereka harus rela tak injak daratan, bahkan ada yang lebih dari sembilan bulan lamanya.
Pandemi Covid-19 telah membuat banyak negara melakukan penutupan wilayah atau lockdown. Namun tidak hanya negara saja yang menerapkan lockdown, sejumlah perusahaan pun telah melakukannya.
Ini dilakukan agar karyawannya tidak terjangkit Covid-19 dari luar area tempat kerja mereka.
Seperti yang dialami Suheri, pelaut Indonesia yang bekerja di sebuah kapal survei berbendera Inggris. Ia bertugas sebagai kepala juru masak untuk melayani 32 awak, termasuk lima pelaut Indonesia lainnya.
Suheri mengaku sejak naik kapal pada 22 Maret 2020 atau saat awal pandemi menyebar ke seluruh dunia, sudah tidak menginjak turun dari kapal lagi hingga sekarang.
Dengan demikian, pria berusia 44 tahun asal Jakarta ini sudah tidak menginjak daratan selama lebih dari tujuh bulan.
Kebijakan perusahaan tempatnya bekerja, memang melarang seluruh awak kapal turun ke daratan guna menghindari penularan Covid-19.
Saat ini kapalnya sedang sandar di Pelabuhan Hull, Inggris, setelah berlayar dari Istanbul, Turki dan Rotterdam, Belanda.
[caption id="attachment_391658" align="alignnone" width="700"]
Pengorbanan Pelaut RI Tangkal Covid-19, Tak Injak Daratan Lebih dari 7 Bulan
Sabtu, 24 Oktober 2020 - 06:48 WIB
Menurut Suheri, sebelum adanya Covid-19, biasanya para awak paling lama berada di atas kapal selama dua minggu. Saat kapal merapat di pelabuhan, mereka juga boleh turun ke daratan.
Biasanya pada saat itulah para awak kapal berjalan-jalan di kota sekitar pelabuhan guna melepas jenuh dan sekaligus membeli berbagai keperluan.
Namun semua itu berubah saat pandemi Covid-19 melanda dunia. Para awak kapal harus berbelanja secara daring.
"Sekarang membeli kebutuhan lewat Amazon. Pembelian meminjam kartu kredit dari first officer (perwira kapal)," katanya.
Meski dilarang turun dari kapal, Suheri mengaku tetap semangat dan melakukan berbagai aktifitas. Ini karena sudah tersedia berbagai peralatan olahraga dan hiburan di atas kapal, termasuk koneksi internet.
"Nah kita dikasih fasilitas ya dipenuhin kayak WiFi dikasih free. Normalnya tidak bisa untuk telepon. Terus kayak sabun, sampo odol dipenuhin pihak perusahaan," katanya.
Kapal tanker Pertamina (Foto: Instagram/Pertamina)[/caption]
Mulyono mengaku terharu dengan pengorbanan awak kapal tanker yang tetap giat bekerja meski harus rela lockdown di atas kapal.
Ia mengatakan, para awak kapal sudah menyadari begitu besarnya risiko tertular Covid-19 jika sampai turun dari kapal saat merapat di pelabuhan-pelabuhan yang disinggahi.
Menurutnya, kalau sampai ada awak kapal yang tertular, maka pelayaran kapal tanker dapat terganggu, hingga menyebabkan pasokan BBM di seluruh negeri jadi ikut terganggu.
Bahkan para awak kapal sampai membuat video yang intinya rela berkorban demi Indonesia dan mengimbau masyarakat tetap berada di rumah jika tidak ada keperluan mendesak demi menekan penularan Covid-19.
Berdasarkan data Kementerian Perhubungan RI, total pelaut Indonesia hingga Oktober 2020 sebanyak 1,18 juta orang. Ini merupakan jumlah pelaut yang terbesar ketiga di dunia setelah China dan Filipina.
Namun dampak pandemi Covid-19 telah membuat sebagian pelaut dipulangkan. Sementara yang tetap bekerja di kapal, menerapkan protokol kesehatan yang sangat ketat guna mencegah penularan penyakit tersebut.
Baca Juga :