Sarung Karya Perajin Pekalongan Andalan Para Santri Pondok

Sarung Karya Perajin Pekalongan Andalan Para Santri Pondok (Foto : )

Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]"Cabut warna itu kita modal kain tenun sarung polosan. Di sini dilakukan finishing dengan memberi motif dengan tehnik sablon. Sarung polosan nanti hasil akhirnya sesuai permintaan pemesan," jelas Kahfidz.Dengan cara ini, perajin tidak butuh modal besar untuk membeli mesin tenun. Harga sarung pun jauh lebih murah dibanding sarung dengan motif hasil mesin tenun. Bidikan pasar para perajin sarung usaha rumahan memang menengah ke bawah. Kalau yang menengah ke atas sudah dikuasai pabrik besar.[caption id="attachment_391279" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]"Lagipula sarung sistem cabut warna itu lebih fleksibel. Misal ada pondok pesantren atau kelompok pengajian kampung beli untuk satu rombongan dengan tulisan tertentu bisa dibuat di sini dengan jumlah terbatas. Tidak harus banyak. Beda kalau pakai mesin, satu desain bisa ribuan," lanjut Kahfidz.Selain melayani pesanan dari Kota Pekalongan, Kahfidz dkk juga melayani order dari berbagai pondok pesantren di Jawa. Terutama dari Jawa Timur. Motifnya paling banyak songket. Ada juga motif yang didesain sendiri oleh pemesan, dan perajin tinggal menterjemahkan saat mencetak warna.[caption id="attachment_391273" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]Pengeringan benar-benar mengandalkan sinar matahari. Sehingga saat musim kemarau produksi bisa selesai cepat. Kalau musim hujan harus memperhatikan cuaca agar tidak terguyur hujan secara tiba-tiba."Harga kita sangat terjangkau untuk para santri di pondok maupun di kampung-kampung. Antara 50 hingga 60 ribu rupiah. Sarungnya dari bahan katun hingga adem dipakainya," tambahnya.Hari ini 22 Oktober adalah Hari Santri, "kaum sarungan'. Selamat Hari Santri! Teguh Joko Sutrisno | Pekalongan, Jawa Tengah