Kemenkes RI Ungkap Status Tiga Vaksin Corona yang Diimpor Tahun Ini

vaksin reuters (Foto : )

Sinopharm adalah salah satu badan usaha milik negara (BUMN) China yang juga memproduksi vaksin Covid-19. Menurut Yurianto, vaksin ini sudah menjalani uji klinis fase tiga di berbagai tempat, seperti di Uni Emirat Arab,  Turki dan China sendiri.Sama seperti vaksin Sinovac, vaksin ini juga sudah mendapat persetujuan untuk penggunaan darurat oleh otoritas China dan digunakan untuk tenaga kesehatan di sana.Soal kehalalan, otoritas Uni Emirat Arab juga sudah memberikan label halal pada vaksin ini.Dijadwalkan akan ada pengiriman 15 uta dosis vaksin Sinopharm pada Desember 2020. Dengan penggunaan tiap orang dua kali suntik, maka vaksin ini dapat memenuhi kebutuhan 7,5 juta orang.[caption id="attachment_389349" align="alignnone" width="900"] Dus berisi vaksin Covid-19 Sinopharm (Foto: EPA)[/caption]

Vaksin CanSino

Yurianto menyebut, vaksin CanSino juga sudah selesai menjalani uji klinis fase tiga di China, Kanada, Arab Saudi dan beberapa negara lain.Otoritas China telah memberikan izin penggunaannya  untuk keperluan darurat. Vaksin ini kemudian dipakai untuk keperluan tentara China.Berbeda dari vaksin Sinovac dan Sinopharm, dengan vaksin ini, setiap orang  hanya memerlukan satu kali suntikan saja.Namun soal komitmen pengiriman ke Indonesia, untuk tahun ini CanSino hanya mampu mengirim 100 ribu dosis.Jadi total vaksin dari tiga produsen China yang akan datang ke tanah air hingga Desember 2020 akan dapat memvaksinasi 9,1 juta orang.[caption id="attachment_389296" align="alignnone" width="900"] Vaksin Covid-19 dari CanSino (Foto: Reuters)[/caption]Sedangkan vaksin dari AstraZeneca baru akan datang pada April 2021, dengan pengiriman tiap bulan sebanyak 11 juta dosis. Total komitmen yang didapat dari perusahaan Eropa ini pada 2021 adalah 100 juta dosis.Sinovac juga akan tetap berkomitmen mengirim vaksin pada 2021, namun dalam bentuk bahan baku (bulk) dengan menggandeng Bio Farma.Direncanakan, untuk mencapai kekebalan komunitas, pemerintah akan melakukan vaksinasi kepada 160 juta orang.Mereka yang divaksin berusia antara 18-59 tahun dan mereka tidak boleh memiliki penyakit bawaan yang berat.Sementara di luar usia itu, kata Yurianto, pemerintah akan melakukan penelitian efektifitas vaksin. Ini karena uji klinis tidak melibatkan orang-orang di luar rentang usia 18-59 tahun.