Tawurji atau sedekah di Rabu terakhir bulan Safar digelar di Keraton Kanoman, Kota Cirebon, Jawa Barat. Ada yang berbeda dalam tradisi kali ini. Di tengah pandemi Covid-19, keraton melaksanakannya dengan menerapkan protokol kesehatan dan membatasi jumlah massa yang biasanya berjubel di Ruang Jinem.
Puluhan warga berdiri menunggu lemparan uang koin dari Sultan Keraton Kanoman Sultan Raja Muhammad Emirudin, Rabu 14 Oktober 2020 sore. Mereka melantunkan nyanyian Tawurji dan shalawat.
[caption id="attachment_387960" align="alignnone" width="900"] Foto: Erfan Septyawan | ANTV[/caption]
Meski dalam jumlah terbatas, warga tampak antusias mengikuti rangkaian tradisi yang digelar setiap hari Rabu terakhir di bulan Safar ini.
Memang pihak keraton telah mewajibkan penerapan protokol kesehatan yakni menjaga jarak dan menggunakan masker namun kerumunan warga tak terbendung. Mereka berebut uang koin yang dilemparkan sultan dan patih keraton.
[caption id="attachment_387961" align="alignnone" width="900"] Foto: Erfan Septyawan | ANTV[/caption]
Bagi warga, uang koin dalam tradisi ini diyakini memiliki berkah tersendiri. Uang yang kerap disebut koin jimat ini dipercaya mampu menolak bala, memberikan kesehatan hingga penghidupan lebih baik. Warga biasanya tidak menggunakan uang ini dan hanya untuk disimpan di tempat usaha.
Tradisi yang sudah ada sejak jaman para wali ini merupakan kegiatan sedekah yang dilakukan keraton untuk warga masyarakatnya. Sedekah ini dilakukan untuk menyucikan harta dan memberikan kehidupan bagi warga di lingkungan keraton. Demikian disampaikan Ratu Raja Arimbi, Juru Bicara Keraton Kanoman.
[caption id="attachment_387962" align="alignnone" width="900"] Foto: Erfan Septyawan | ANTV[/caption]
Usai menggelar tradisi Tawurji, keluarga keraton dan masyarakat kemudian melakukan doa bersama dan menyantap apem.
Diharapkan, dengan tradisi warisan Sunan Gunungjati ini, masyarakat Indonesia khususnya Cirebon terhindar dari marabahaya dan pandemi yang tengah melanda.
Erfan Septyawan | Cirebon, Jawa Barat