Hampir satu bulan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menarik rem darurat. Kini Jakarta kembali menerapkan PSBB Transisi mulai 12 Oktober besok. Menurut Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, kembalinya Jakarta ke PSBB Transisi dianggap kurang ideal.Meski saat ini tingkat kematian akibat virus corona terus menurun dan fasilitas kesehatan jumlahnya juga meningkat. Tapi hal itu tidak serta merta menjadi alasan utama.Menurut Dicky, masih tingginya kasus aktif di jakarta dalam beberapa hari terakhir, bisa menyebabkan pertumbuhan infeksi COVID-19 yang serius di masyarakat."Putusan PSBB Transisi DKI bukanlah pilihan ideal mengingat kasus aktif yang meninggi di beberapa hari terakhir (13.000an). Dan masih adanya kematian 2 digit menunjukkan pertumbuhan infeksi yang masih serius di komunitas. Meski sudah ada perbaikan Rt jadi 1,07 & Pe- 22 persen hunian isolasi dan ICU 98 RS," tulis Dicky dalam twitnya yang dikutip dari kumparan.com.Lebih lanjut, Dicky menjelaskan, PSBB adalah opsi strategi tambahan yang harus dipertimbangkan matang kesiapannya sejak awal.Itu karena memiliki ongkos sosial politik dan ekonomi yang tinggi. Termasuk memerlukan sinergi dengan daerah lainnya. Juga kolaborasi antar sektor dan tingkatan pemerintahan.Dicky menyebutkan, upaya tes, pelacakan, dan isolasi atau karantina harus dimaksimalkan. Selain itu, masyarakat diwajibkan memakai masker 80 persen dari penduduk yang beraktifitas.Menjaga jarak dan pembatasan kapasitas ruangan, hingga mengidentifikasi dan menghentikan keramaian massa juga harus jadi prioriat.Hal itu untuk cegah terjadinya super spreader atau penyebab penularan virus super.Sementara itu dalam keterangannya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjelaskan. Grafis penambahan kasus positif dan kasus aktif harian mendatar (stabil) sejak dilakukan PSBB ketat. Juga terdapat tanda awal penurunan kasus positif harian dalam 7 hari terakhir.Pelandaian pertambahan kasus harian sejak pengetatan PSBB tampak pada grafik kasus onset dan juga pada nilai Rt atau reproduksi virusnya.Berdasarkan data FKM UI, nilai Rt Jakarta adalah 1,14 pada awal September. Dan saat ini berkurang menjadi 1,07. Artinya, saat ini 100 orang berpotensi menularkan virus kepada 107 orang lainnya.Anies juga mencatat sejak akhir September hingga awal Oktober jumlah kasus aktif harian mulai konsisten mendatar. Hal itu menunjukkan adanya perlambatan penularan.Pada 11 September-25 September 2020 pertumbuhan kasus corona di Jakarta hanya 31,74 persen. Sedangkan kasus corona aktif juga cuma 9 persen."Pada periode 26 September sampai 9 Oktober 2020, kembali terjadi penurunan dari kondisi 14 hari sebelumnya. Di mana jumlah kasus positif meningkat 22 persen atau sebanyak 15.437 kasus. Dibanding sebelumnya meningkat 31 persen atau sebanyak 16.606 kasus," kata Anies dalam keterangannya, Minggu (11/10/2020).
Anies Baswedan Lepas Rem Darurat dan Berlakukan PSBB Transisi, Ini Kata Pakar Wabah
Minggu, 11 Oktober 2020 - 19:14 WIB
Baca Juga :