Aksi Demo Marak di Jakarta dan Daerah Lain, IHSG Menguat Nyaris 1%

Aksi Demo Marak di Jakarta dan Daerah Lain, IHSG Menguat Nyaris 1% (Foto Istimewa CCTV) (Foto : )

Aksi demo marak di Jakarta dan daerah lain, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Kamis(8/10/20) ditutup di zona hijau naik 0,70% di level 5.039,14. IHSG berhasil menguat, meskipun ada demo dan mogok kerja yang dilakukan oleh Buruh pada 2 hari terakhir untuk menolak pengesahan UU Cipta Kerja, dan masih akan berlanjut pada hari ini.Seperti dikutip dari cnbcindonesia.com, data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 61 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 6,4 triliun. Terpantau 257 saham naik, 179 turun, sisanya 165 stagnan.Saham yang paling banyak dilego asing hari ini adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan jual bersih sebesar Rp 90 miliar dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang mencatatkan net sell sebesar Rp 44 miliar.Sementara itu saham yang paling banyak dikoleksi asing hari ini adalah PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dengan beli bersih sebesar Rp 40 miliar dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan net buy sebesar Rp 97 miliar.Dari dalam negeri, Kericuhan mulai pecah di demonstrasi tolak omnibus law UU Cipta Kerja (Ciptaker sekitar Istana Negara. Massa yang merangsek maju di sekitar Harmoni, jakarta Pusat di balas dengan tembakan gas air mata untuk membubarkan massa.Pantauan CNBC Indonesia Kamis (8/10/2020), massa masih bertahan di depan jalanan sekitar Halte besar TransJakarta atau depan Gedung Kantor Pusat Bank Tabungan Negara.Selanjutnya, Bank Indonesia (BI) melaporkan penjualan ritel yang dicerminkan dari Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Agustus 2020 tumbuh negatif 9,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Membaik dibandingkan Juli 2020 yang terkontraksi 12,3% YoY.Pada September 2020, BI memperkirakan IPR masih mengalami kontraksi 7,3% YoY. Jika terwujud, maka penjualan ritel akan terkontraksi selama 10 bulan beruntun. Nyaris setahun...Penjualan ritel adalah salah satu indikator awalan (leading indicator) yang bisa menerawang arah gerak ekonomi ke depan. Jika terus turun, maka bisa disimpulkan bahwa ekonomi sedang lesu, masyarakat ogah berbelanja.