Robot Transformers menjadi sangat populer setelah film layar lebarnya ditonton jutaan orang di seantero negeri di bumi. Fenomena ini ditangkap warga Desa Kadipurwo sebagai ide ekonomi kreatif. Menghibur dan sekaligus mendapatkan uang.
Kampung ini berhasil bikin saya berbelok. Dari awal mula hendak ke petilasan Joko Tingkir di Sendang Senjoyo, malah mblusuk ke sini. Kampung Kadipurwo namanya. Kampung yang saya lewati ini sebenarnya sama saja dengan kampung-kampung lainnya.
Namun tiba-tiba mata saya terpaku pada sosok yang mencolok. Sosok robot transformer berdiri tegak di depan sebuah rumah. Saya sontak masuk halaman rumah ini.
[caption id="attachment_381310" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Ternyata, di sini tak hanya satu, tapi ada banyak robot transformers!
Ah, rupanya yang punya rumah pengrajin kostum transformers yang sering mejeng di mal dan tempat wisata itu. Benar-benar tak terduga kalau bikinnya di sebuah desa di kaki gunung. Gunung Merbabu. Tepatnya di Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
[caption id="attachment_381312" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Pengrajin membuat replika robot transformers sebagai usaha produksi yang mereka rintis sejak januari 2016. Pada awalnya mereka iuran untuk mengumpulkan modal membeli bahan yang dikenal dengan nama spons eva atau busa ati. Kemudian menambah bahan seperti cat dan perlengkapan pendukung lainnya.
"Pas musim selfie lagi booming-boomingnya, maka remaja kampung sini kumpul dan punya ide bikin robot spon buat mejeng. Modal patungan dan tidak sekali jadi, harus beberapa kali diulang. Dan sambutan masyarakat bagus," kata Bambang, pembina remaja Kampung Kadipurwo.
[caption id="attachment_381313" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Pada awalnya mereka hanya membuat satu dua replika robot saja untuk dipakai sendiri. Setiap akhir pekan dan hari libur mereka mengenakan kostum robot di obyek wisata.
Setiap pengunjung yang berfoto secara sukarela akan memberikan tips. Dari hasil jerih payah ini pula mereka bisa membeli bahan tambahan untuk membuat lagi replika robot transformers lainnya.
"Remaja kemudian banyak yang gabung, ada yang jadi peraga di tempat wisata dan mall, kadang 5 kadang 6 orang, lumayan bisa dapat uang tambahan," jelas Wari, remaja kampung setempat.
Cara pengerjaannya dengan meniru persis gambar robot transformers. Namun untuk skala ukurannya menggunakan intuisi seni yang mereka punya.
[caption id="attachment_381314" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Menurut perajin, hal yang paling sulit saat memproduksi adalah proses pembentukan robot dan pengecatan. Karena semua harus detail agar bisa mendekati gambar aslinya. Alat yang dipakai sederhana, yaitu gunting, pisau/cutter, dan penggaris.
Dari pola yang sudah dibuat kemudian dipotong. Lalu dirangkai dan ditempel pakai lem. Tak bisa main-main karena disinilah kunci akan sedetil apa replika robot transformer ini jadinya nanti.
[caption id="attachment_381311" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Setiap perajin punya tugas masing-masing, ada yang mengerjakan bagian sepatu, bagian kepala, bagian dada, atau tangan robot yang bisa bergerak-gerak. Perajin lainnya khusus melakukan pengecatan.
Ada dua model replika robot yang dibuat, yaitu robot tranformers untuk kostum dan untuk display.
Untuk model robot kostum bentuk dan ukurannya disesuaikan dengan tubuh si pemakai. Bahannya 99 persen spon sehingga ringan saat dipakai. Kostum ini bisa untuk jalan-jalan dan digerakkan. Biasanya disewakan saat acara ulang tahun atau daya tarik di tempat wisata.
"Ringan, tapi ya sumuk (gerah). Makanya di beberapa sudut kita kasih ventilasi untuk keluar masuk udara," tambahnya.
Sedangkan robot display hanya sekadar dipajang ketika ada event-event. Bahannya terbuat dari spon, pipa, logam untuk kerangka, serta bahan lain sebagai penghias.
Untuk pengerjaan robot kostum rata-rata paling cepat satu bulan per unit. Sedangkan robot displai setinggi rata-rata 3 meter butuh waktu sekitar tiga bulan. Cukup memakan waktu memang, karena semua dikerjakan manual.
"Tingkat kerumitan misalnya yang pesan itu pengen yang detil sekali, ya kita sesuaikan," jelas Wari.
[caption id="attachment_381308" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Jerih payah para perajin ini memberikan hasil yang lumayan. Produk mereka mulai dikenal, pesanan pun berdatangan dari berbagai daerah.
Robot kostum biasanya dipesan oleh perorangan, sedangkan robot display dipesan oleh instansi dan perusahaan. Harganya tergantung ukuran, bentuk, dan detil yang diinginkan.
Ini contoh ekonomi kreatif . Modal ulet, tangguh dan pintar memanfaatkan peluang, maka kesuksesan pun bisa diraih.
Teguh Joko Sutrisno | Kabupaten Semarang, Jawa Tengah