Untuk pertama kalinya Presiden Joko Widodo atau Jokowi berpidato di Sidang Umum PBB. Dalam pidato yang dilakukan secara virtual, Jokowi usul revitalisasi PBB.
Dalam pidatonya pada Selasa (22/9/2020) malam waktu New York atau Rabu (23/9/2020) pagi waktu Indonesia Barat, Presiden Jokowi menyampaikan pidato dalam bahasa Indonesia. Menurutnya, PBB yang dibentuk 75 tahun lalu agar perang dunia tidak terulang lagi. "Perang tidak akan menguntungkan siapa pun.
Tidak ada artinya merayakan kemenangan di tengah kehancuran. Tidak ada artinya menjadi kekuatan ekonomi terbesar di tengah dunia yang tenggelam," kata Jokowi yang disiarkan lewat akun Setneg di YouTube. Menurutnya, di usia ke-75 PBB, konflik masih terjadi di berbagai belahan dunia.
Kemiskinan dan bahkan kelaparan juga masih dirasakan. "Prinisip-prinsip Piagam PBB dan hukum internasional tidak diindahkan termasuk penghormatan dan integristas wilayah," katanya. Mantan Wali Kota Solo ini makin prihatin, semua ini masih terjadi saat pandemi Covid-19 merajalela di dunia. "Keprihatinan kita semakin besar saat pandemi Covid, di saat kita harusnya bersatu padu, justru kita lihat adalah perpecahan dan rivalitas yang semakin tajam," tegasnya. Apalagi menurutnya, virus tidak mengenal batas wilayah negara.
Oleh karena itu seharusnya semua negara bersatu menghadapi pandemi ini. Jokowi mengatakan, Dasasila Bandung yang dihasilkan dalam Konferensi Asia Afrika (KAA) pada 1955, masih relevan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan dunia saat ini. Soal kemerdekaan Palestina juga disinggung Jokowi dalam pidatonya.
"Palestina adalah satu-satunya negara yang hadir di Konferensi Asia Afrika (di) Bandung yang sampai sekarang belum menikmati kemerdekaannya. Sampai sekarang Indonesia konsisten memberikan dukungan kepada Palestina untuk mendapatkan hak-haknya," tegas Jokowi.
Ini merupakan yang pertama kali Presiden Jokowi berpidato di Sidang Umum PBB. Dalam periode pertama pemerintahannya, pidato di Sidang Umum PBB selalu diwakili Wakil Presiden Jusuf Kalla.