Jalur tanjakan punya rel yang dirancang khusus agar lokomotif mampu "memanjat" Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]Mula-mula loko mendorong pelan. Lalu mulai menambah kecepatan. Agak ada perubahan getaran yang saya rasakan ketika kereta tua ini masuk ke bagian rel yang bergerigi. Inilah ciri khas kereta api jaman dulu agar kuat melalu medan berat. Jalur Jambu - Bedono memang melewati perbukitan. Rel bergerigi terhubung dengan bagian roda kereta yang bergerigi pula. Jadi, gerigi roda masuk ke lubang gerigi rel. Ibaratnya ada tempat panjatan.Namun karena ini kereta baru saja servis, maka di tanjakan awal sudah ngos-ngosan . Sempat mogok pula karena kekurangan air. Petugas cepat masuk ke saluran irigasi di samping jalur rel. Dengan mesin penyedot mereka cekatan memindahkan air dari saluran irigasi ke dalam ketel kereta.Aman. Kereta melaju lagi pelan. Namun melambat saat melewati tanjakan paling ekstrim. Saking lambatnya bahkan saat saya dan beberapa penumpang turun untuk mengurangi beban, laju kereta kalah cepat dari laju jalan kaki. Sempat khawatir juga kalau-kalau kereta melorot ke bawah. Namun dalam kondisi kembang kempis, kereta masih kuat melaju sampai ujung tanjakan. Dan selanjutnya, medan lebih moderat sampai di Stasiun Bedono ."Bedono ini stasiun paling ujung. Sebenarnya dulu bisa sampai Magelang, tapi jalur rel sekarang tidak memungkinkan dilewati, karena ada yang tertutup tanah, jembatannya rusak, dan lain-lain," kata salah satu petugas sambil mengisi ulang ketel dengan air.Total perjalanan sampai ke Stasiun Bedono memakan waktu 1,5 jam, menempuh jarak 11 kilometer. Dari stasiun ini kereta kembali meluncur ke bawah menuju ke kandang semula yaitu Stasiun Ambarawa.Anda penasaran? Teguh Joko Sutrisno | Kabupaten Semarang, Jawa Tengah
Naik Sepur Kluthuk, Menguji Stamina Kereta Tua di Rel Tanjakan
Jumat, 11 September 2020 - 13:24 WIB
Baca Juga :