Pura Ponjok Batu Buleleng Bersinar Mistis

Pura Ponjok Batu Buleleng Bersinar Mistis (Foto : )

Pura Ponjok Batu di Buleleng, Bali adalah salah satu pura yang punya nilai sejarah tinggi. Memang tidak ada catatan riil mengenai waktu berdirinya pura ini. Namun, keberadaan pura ini menjadi tonggak penting pada peristiwa datangnya Pendeta Siwa Sidanta Danghyang Nirartha pada abad ke-15. Masyarakat Bali percaya Pura Ponjok Batu, Buleleng berdiri sebelum abad ke-15. Apalagi ada bukti berupa sarkofagus, yakni peti mayat yang dibuat dari bahan batu cadas. Model pemakaman seperti ini dilakukan masyarakat Bali Mula pada rentang antara 2.500 sampai 3.000 SM. Ponjok Batu artinya tanjung batu. Dinamai demikian karena pura ini lokasinya berada di wilayah semenanjung dan terlihat menjorok ke laut. Keberadaan pura ini pun cukup misterius. Lontar Dwijendra Tattawa merupakan satu dari sedikit bukti sejarah yang menceritakan tentang eksistensi Pura Ponjok Batu Buleleng. Dalam lontar itu dikisahkan kedatangan Pendeta Siwa Sidanta, yakni Danghyang Nirartha pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong. Beliau melakukan perjalanan spiritual menuju ke berbagai pura, diawali dengan Pura Pulaki. Dia pun turut menghabiskan waktunya untuk singgah ke Pura Ponjok Batu dan bersemedi di sana. Danghyang Nirartha dikisahkan menolong awak perahu yang berasal dari Lombok. Awak perahu melihat adanya batu bersinar di tengah laut. Ketika berusaha mendatanginya, perahu tiba-tiba mengalami kerusakan dan tak dapat melanjutkan perjalanan. [caption id="attachment_369940" align="alignnone" width="900"] Foto: Pasek Parta Wijaya via pasek23.wordpress.com[/caption] Mereka dibantu Danghyang Nirartha sehingga bisa melanjutkan perjalanan kembali ke Pulau Lombok. Beliau pun turut serta ke Lombok.

Saat itu Danghyang Nirartha sedang menikmati indahnya pemandangan laut di sebuah tanjung di Bali Utara (Ponjok Batu).

Ketika melepas pandangan ke arah timur laut, Beliau melihat ada perahu kandas. Tiang layar perahu yang kandas itu patah, bocor dan tali-temalinya patah semua. Awaknya sejumlah tujuh orang juga dalam keadaan pingsan semuanya.

Naluri kepanditaan Danghyang Nirartha muncul. Beliau memberi pertolongan pada awak perahu yang nasibnya lagi sial itu. Dengan kekuatan rohani yang sangat mumpuni Danghyang Nirartha berhasil membuat tujuh awak perahu itu siuman kembali. Konon, nilai spiritual dari lokasi Pura Ponjok Batu terus meningkat, dibuktikan dengan sinar yang memancar secara terus-menerus dari tempat ini. Mengapa demikian? [caption id="attachment_369948" align="alignnone" width="900"] Foto: Pasek Parta Wijaya via pasek23.wordpress.com[/caption] Hal ini hanya dapat kita pahami dari kacamata spiritual dan mistikal. Seorang Pandita adalah orang suci yang hidupnya hanya untuk memikirkan dan memperhatikan nasib orang lain. Lokasi semedi menjadi punya daya atau energi atau apapun namanya. Daya atau energi itu bertemu dengan daya atau energi syukur yang berasal dari para awak  perahu yang “dihidupkan” kembali. Bertemunya dua ketulusan itulah menyebabkan turunnya anugerah Semesta berupa vibrasi kesucian dalam wujud sinar. Itulah mengapa Pura Ponjok Batu Buleleng punya nilai spritual dan mistikal bagi umat Hindu Bali. Perahu batu yang berada di tengah laut. Berdiri di atas batu karang. Disucikan oleh masyarakat setempat. Pura ini juga menjadi tujuan para wisatawan karena keunikannya. Ada pula gua kecil yang berlokasi di depan perahu batu, digunakan sebagai tempat melukat oleh masyarakat Hindu Bali. Anda penasaran? Silakan datang ke Jl. Airsanih, Pacung, Tejakula, Kabupaten Buleleng, Bali. Lokasinya dekat pantai. Sumber: Pasek Parta Wijaya