Militer China sedang menggelar latihan perang di dua lokasi berbeda. Selama dua hari berturut-turut latihan perang China diintai AS. China pun akhirnya uji coba rudal pembunuh kapal induk.
Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) sedang menggelar latihan perang besar-besaran di Selat Taiwan dan Laut China Selatan. Disebutkan, latihan kali ini menggunakan peluru tajam.
Rupanya latihan perang China terus dipantau ketat oleh Amerika Serikat (AS). PLA melaporkan, pesawat mata-mata AS jenis RC-135S memantau latihan perang mereka di Laut China Selatan pada Rabu (26/8/2020) kemarin.
Pesawat yang dijuluki Cobra Ball memiliki beragam perangkat sensor dan radar canggih. Pesawat ini mampu mengumpulkan data optik dan elektronik pada target-target balistik.
Berdasarkan pantauan Beijing, pesawat mata-mata ini melintasi Terusan Bashi, dari arah timur ke barat daya di Laut China Selatan dan kembali ke arah yang sama.
PLA menilai, penerbangannya mendekati latihan perang yang digelar PLA di lepas pantai Pulau Hainan, Laut China Selatan.
[caption id="attachment_367101" align="alignnone" width="900"] Pesawat intai canggih AS RC135S Cobra Ball yang mengambil basis pesawat Boeing 707 (Foto; Reuters)[/caption]
Seorang pengamat militer asal China menduga, militer AS yakin, dalam latihan perang ini PLA mengerahkan rudal balistik anti kapal seperti DF-21D atau DF-26 yang juga dikenal sebagai rudal pembunuh kapal induk.
Keberadaan rudal-rudal balistik ini jelas mengancam kapal perang AS terutama kapal induk mereka yang beroperasi di Laut China Selatan.
Oleh karena itu Pentagon mengirim pesawat RC-135S untuk mengumpulkan data-data intelejen.
Ahli militer China Fu Qianshao mengatakan, China masih jadi satu-satunya negara di dunia yang memiliki teknologi rudal balistik anti kapal.
Menurut Fu, guna menjaga kerahasiaan teknologi rudal jenis ini, PLA biasanya hanya menggelar uji coba rudal dari daratan saja.
Aksi U-2 Dragon Lady
Aksi yang dilakukan pesawat RC-135S milik AS ini hanya berselang sehari pasca pesawat pengintai AS jenis Dragon Lady memata-matai latihan perang PLA di wilayah lain.
Menurut Juru Bicara Kementerian Pertahanan China, Wu Qian, langkah AS telah melanggar kode etik dan keselamatan penerbangan.
Qian menyebut, kejadian ini dapat memicu kecelakaan pesawat karena sudah masuk ke zona larangan terbang di tengah latihan perang mereka.
Militer China sendiri pernah menembak jatuh pesawat U-2 AS saat mengintai di wilayah udara Nanchang, China Timur pada 9 September 1962.
[caption id="attachment_367102" align="alignnone" width="900"]
Pesawat mata-mata AS U-2 Dragon Lady yang mampu terbang di ketinggian 70 ribu kaki (Foto: Brian Ferguson U.S. Air Force/Handout via REUTERS)[/caption]
Uji Coba Rudal Pembunuh Kapal Induk
Sebagai bentuk peringatan terhadap AS, militer China akhirnya menggelar uji coba rudal balistik DF-26B dan DF-21D.
Seperti dilaporkan South China Morning Post, Beijing menembakkan rudal DF2-26B dari Provinsi Qinghai. Sementara rudal DF-21D ditembakkan dari Provinsi Zhejiang pada Rabu (26/8/2020).
Menurut seorang sumber, kedua rudal mengarah ke sebuah area di antara Pulau Hainan, China dan Kepulauan Paracel yang masih jadi sengketa banyak negara.
Sebagai respon, Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengatakan, China berulangkali gagal memenuhi janji untuk mematuhi hukum internasional. Menurut Esper ini terlihat dari China yang terus mengencangkan otot di sebagian besar wilayah Asia Tenggara.
Namun lewat media sosial, Duta Besar China untuk AS, Liu Xiaoming mengatakan, langkah AS telah mengganggu latihan dan aktifitas normal militer negaranya.
Global Times, SCMP