Penjamasan benda pusaka adalah bagian dari tradisi yang kerap dilakukan di Bulan Suro atau 1 Muharam. Tradisi ini jamak dilakukan di hampir semua keraton pulau Jawa. Diikuti juga masyarakat yang meyakini bulan Suro sebagai bulan bersih badan diri dan jiwa. Pun, bersih segala pusaka, segala tosan aji.
Mari kita ngobrol tentang tosan aji. Sebagian besar orang yang menggeluti dunia tosan aji atau koleksi keris, tombak, wedhung, memilih malam 1 Suro sebagai waktu yang paling sakral. Sehingga pada malam inilah, keris maupun benda pusaka yang dipercaya punya energi akan dijamas atau dibersihkan dengan prosesi ritual.
[caption id="attachment_365640" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Seperti di Kendal, Jawa Tengah. Para pelaku budaya melakukan penjamasan benda pusaka pada malam menjelang pergantian tahun baru Hijriyah atau tahun baru Jawa. Tak main-main, koleksi benda pusaka berupa keris ada yang sudah berumur 700 tahun.
Penjamasan dilakukan di Desa Sidomulyo, Kecamatan Cepiring, Kabupaten Kendal. Penjamasan sendiri artinya penyucian. Setiap setahun sekali benda pusaka dijamas agar bersih baik secara fisik maupun secara metafisika.
[caption id="attachment_365641" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Sebagian besar benda pusaka berupa keris dan tombak peninggalan kerajaan jaman dulu. Pelaksanaannya melalui proses yang berurutan. Dari mulai merapal doa, membersihkan, menjamas, hingga prosesi sindikoro atau menselaraskan energi.
Salah satu pelaku budaya yang turut melakukan penjamasan adalah Agus Riyatno. Ia adalah tokoh budaya terutama pelestarian benda pusaka di Kendal.
"Setiap tahun kita melakukan penjamasan, dan ada dua sebenarnya yang dijamas atau dibersihkan dalam prosesi ini, yaitu membersihkan pusaka dan membersihkan hati, itu maknanya," tutur Agus.
[caption id="attachment_365642" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Menurutnya, benda pusaka saat dibuat itu ada latar belakangnya. Meski terlihat mirip, tapi tidak ada yang sama atau identik. Karena masing-masing dibuat sesuai latar belakang seseorang, baik itu keturunan raja maupun orang biasa. Hal inilah yang dipercaya ada kekuatan mengikat antara pusaka dengan pemiliknya.
"Ini salah salah satu pusaka peninggalan Majapahit," kata Agus sambil menunjukkan sebilah senjata.
Bentuknya kecil dan pendek. Namun kata Agus, senjata ini sangat istimewa.
"Namanya dolog luk lima, artinya ada lekukan lima, ini pusaka jaman kerajaan Majapahit yang jaman itu untuk membuat sebilah keris, para empu itu melakukannya dengan proses yang berat, bukan sekedar fisik saja, tapi juga lewat tirakat atau istilahnya laku spiritual," lanjutnya.
Pada suatu kesempatan, Agus menunjukkan sebilah keris yang bisa berdiri dengan ujung kerisnya di bawah dan pegangan kerisnya di atas.
"Kita di sini tidak fokus pada mistis atau kata orang klenik, tapi lebih ke seni dan memahami bagaimana bisa keris ini dibuat dengan perhitungan teknikbdan rasa yang detil, sehingga sebuah keris pun bisa begitu seimbang sampai bisa berdiri, istilahnya keselarasan energi," tambahnya.
Proses penjamasan pusaka dilakukan dengan beberapa uba rampe, seperti kembang, dupa, sesaji, dan minyak.
Pembersihan menggunakan olesan minyak sekaligus untuk melindungi keris maupun senjata lain dari karat dan sebagainya.
Penjamasan benda pusaka seperti ini merupakan kegiatan budaya yang terus dilestarikan. Terutama keris. Karena benda yang satu ini telah mendapatkan pengakuan dari Unesco sebagai warisan dunia.
Teguh Joko Sutrisno | Kendal, Jawa Tengah