Ada Masalah Asmara di Balik Kematian Wartawan yang Mengenaskan?

Ada Masalah Asmara di Balik Kematian Wartawan yang Mengenaskan? (Foto Istimewa) (Foto : )

Keluarga ungkap ada masalah asmara di balik kematian wartawan di Mamuju Tengah, yang bernama Demas Laira (28), yang ditemukan tewas dengan kondisi mengenaskan, Kamis dini hari (20/8). Warga Dusun Marga Mulya, Desa Bambadaru, Kecamatan Tobadak, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, itu ditemukan dalam kondisi tak bernyawa dengan sejumlah luka tusukan di pinggir jalan Trans Sulawesi. Kapolsek Karossa, Ipda Gunawan mengatakan, awalnya pihaknya menerima informasi dari salah seorang sopir tujuan Makassar yang melintasi ruas Jalan Trans Sulawesi. Sang sopir melaporkan adanya sesosok mayat yang masih tergeletak di aspal di ruas Jalan Trans Sulawesi di Dusun Salu Bijau, Desa Tasokko, Kecamatan Karossa, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat. Ipda Gunawan yang menerima laporan tersebut langsung mendatangi lokasi kejadian bersama personel Polsek Karossa lainnya. Polisi yang mendatangi lokasi kejadian awalnya mengira korban mengalami kecelakaan lalu lintas. Setelah dilakukan pemeriksaan, polisi menemukan beberapa luka tusukan di tubuh korban. "Saat tiba di TKP dan dilakukan pemeriksaan terhadap korban, ditemukan beberapa luka di badan korban yang diduga kuat luka tusuk dengan menggunakan senjata tajam pada bagian dada dan ketiak kanan korban sebanyak delapan tusukan," ungkap Ipda Gunawan, seperti dikutip dari kumparan.com. Dari hasil olah TKP, polisi mengamankan sejumlah barang milik korban, yakni satu unit motor Yamaha NMax beserta helm dan STNK, satu kantong pakaian, dompet berisi KTP dan SIM C, serta tiga kartu pengenal pers atas nama korban. Polisi juga menemukan sepatu sebelah kanan yang tidak diketahui pemiliknya. "Juga ditemukan sepatu sebelah kanan yang tidak diketahui pemiliknya," kata Ipda Gunawan. Dari hasil penyelidikan, polisi meminta keterangan dua saksi yang berada sekitar 200 meter saat kejadian. Keduanya mengaku sempat mendengar teriakan minta tolong.  "Ada dua saksi yang sementara menunggu durian, lokasinya sekitar 200 meter dan sempat mendengar suara minta tolong," ungkap Ipda Gunawan. Sebelum ditemukan tewas pada Kamis dini hari (20/8), korban sempat melakukan perjalanan ke Palu, Sulawesi Tengah, dengan mengendarai sepeda motor dan tinggal di rumah saudara ibunya. Korban juga diketahui bertemu dengan teman-temannya sesama anggota klub motor di Kabupaten Pasangkayu dalam perjalanan pulang ke Mamuju Tengah. "Saat dia (hendak) balik ke sini (Mamuju Tengah), dia bertemu dengan teman-teman klub motornya di Pasangkayu. Saat itu, dia tidak diizinkan sama teman-temannya untuk melanjutkan perjalanan karena sudah tengah malam. Tetapi tetap nekat untuk melanjutkan perjalanan," kata Widi, adik korban. Menurut Widi, ponsel dan kamera yang dibawa kakaknya sudah tidak ditemukan di lokasi kejadian. Pemimpin Redaksi media sulawesion.com, Supardi Bado, membenarkan Demas Laira merupakan wartawan yang ditugaskan di Mamuju dan Mamuju Tengah. Ia baru bergabung dengan media yang berkedudukan di Sulawesi Utara tersebut pada 1 Agustus 2020. "Almarhum wartawan baru di Sulawesion. Tanggal 1 Agustus dia bergabung dengan kami. Memang dari beberapa berita yang almarhum kirim berisi berita kritikan di daerahnya," kata Supardi, melalui siaran pers AMSI. Selain di sulawesion.com, korban juga diketahui memiliki kartu pers kabardaerah.com. Pimpinan Umum kabardaerah.com, Aldoris Armialdi, membenarkan korban merupakan wartawan kabardaerah.com wilayah Sulawesi Barat. "Bagaimana pun, kami sebagai pimpinan media nasional kabardaerah.com ingin kawan-kawan di kepolisian mengusut tuntas motif pembunuhan terhadap Demas, kami akan mengawal proses ini sampai ditangkap sang pelaku," kata Aldoris. Sementara itu, Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) bersama beberapa komunitas pers termasuk PWI Sulbar, IJS, dan IWO Sulbar mendesak kepolisian mengusut tuntas penyebab kematian Demas Laira (28) yang bekerja sebagai wartawan sulawesion.com Biro Mamuju itu.  Melalui siaran persnya, AMSI meminta polisi untuk menelusuri penyebab kematian Demas Leira dan kaitannya dengan sejumlah kasus yang ditulisnya di media tempatnya bekerja. "AMSI mengajak komunitas pers dan masyarakat untuk bersama-sama mengawasi jalannya pengusutan atas kasus ini hingga terkuak penyebab sesungguhnya. Dan, kepada keluarga dan kerabat yang ditinggalkan, AMSI menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya, dan semoga diberi ketabahan atas wafatnya Demas Leira," tegas Ketua Umum AMSI, Wenseslaus Manggut bersama Sekretaris Jenderal AMSI, Wahyu Dhyatmika. Kematian Demas Laira (28), tentu saja membuat duka bagi keluarga karena di mata keluarga, Demas dikenal sebagai sosok yang penyabar dan pendiam. "Dia pendiam, biasa kalau dimarahi kakaknya ketawa saja, tidak pernah ditegur karena orang paling sabar. Selama hidup saya tidak pernah bertengkar, saya juga tidak pernah marahi dia (korban), dia juga tidak pernah marahi saya, saya tidak pernah baku cekcok," kata kakak korban, Tabita, di rumah duka, Desa Bambadaru, Jumat (21/8/2020). Lebih lanjut Tabita mengungkap bahwa adiknya itu sempat ada masalah dengan temannya terkait urusan asmara. "Memang ada masalahnya, ceritanya, masalahnya di Tommo, perkiraan karena itu belum diselesaikan, tiba-tiba ini terjadi. Temannya, dia cemburu, istrinya datang di Salupangkang, dia kira istrinya ada hubungan dengan korban. Sekarang itu, temannya ini tidak satu rumah lagi dengan istrinya," ungkap Tabita. Sementara itu, ayah korban, Bongga, mengungkapkan korban sempat mengabari keluarga melalui telepon jika tengah berada di Palu, Sulawesi Tengah. Namun, setelah itu, Bongga mengatakan tidak ada kabar lagi yang diberikan oleh putranya. "Setelah selesai pekerjaan di sini, kita tidak tahu dia ke mana, nanti di Palu menelepon memberi kabar, katanya sama teman, ada proposal yang mau dibuat, dia bilang pulangnya besok sore (Rabu). Tetapi ditunggu sampai malam, dia tidak datang, padahal sudah tengah malam, perjalanan dari Palu ke sini hanya beberapa jam saja," ujar Bongga. "Tapi waktu dalam perjalanan kita tidak tahu dia sendiri atau tidak, soalnya tidak pernah ada kabar siapa yang menemaninya," sambungnya. Bongga bahkan tidak pernah menduga tayangan video di akun Facebook korban, yang sebelumnya dianggap orang kecelakaan, adalah anaknya sendiri. "Pagi tadi tadi kita lihat Facebook-nya ada orang kecelakaan di jalan, kita pikir orang lain tidur di jalanan," tuturnya. Pihak keluarga pun meminta polisi bergerak cepat mengusut kasus ini. Salah satu keluarga korban, Oktovianus, berharap pelaku segera terungkap dan mempertanggungjawabkan perbuatannya. "Tentu dengan kasus ini, harapan kami sebagai keluarga, mengharapkan pihak berwajib untuk bisa mengungkap kasus ini seterang-terangnya, karena bagi kami ini adalah hal yang sangat memukul bagi keluarga, tidak pernah terbayang, akan menimpa saudara kami," kata Oktovianus. "Kami memohon dukungan dari teman-teman media untuk membantu kami mengungkap kasus ini, paling tidak harapan kami sebagai keluarga bisa mengetahui apa yang menjadi motif, penyebab meninggalnya saudara kami ini," pungkasnya.