Wapres Ajak Berinovasi untuk Transformasi Menuju Negara Maju

wapres forum cendikia (Foto : )

Wakil presiden mengajak semua pihak mendorong budaya inovasi di tanah air. Wapres beralasan negara dengan sumber daya terbatas bisa maju berkat inovasi. Salah satu hal penting dalam melakukan akselerasi pembangunan adalah dengan mendorong budaya inovasi di tanah air. Karena itu saya memiliki harapan besar agar penyelenggaraan forum seperti ini dapat mendorong kesadaran masyarakat tentang perlunya budaya riset dan inovasi dalam kehidupan sehari-hari. Demikian pernyataan Wakil Presiden Ma'ruf Amin saat berbicara pada Forum Cendikia Kelas Dunia Tahun 2020 secara virtual, (19/8/2020). "Inovasi sangat penting. Negara dengan sumber daya terbatas dapat bertransformasi menjadi negara maju berkat inovasi," ujarnya. Lebih lanjut Wapres mengatakan bahwa organisasi usaha dapat berkembang menjadi perusahaan multi nasional dan menguasai pasar dunia karena menggunakan faktor inovasi sebagai kunci. "Dengan adanya inovasi, kita dapat menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi, yang berarti bahwa dengan sumber daya yang sama, kita mampu mendapatkan hasil yang jauh lebih besar," paparnya. Dengan meningkatnya produktivitas, lanjut Wapres, sebuah negara mampu memproduksi lebih banyak barang dan jasa sehingga terjadi pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. "Sayangnya Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan banyak negara lainnya dalam hal inovasi," tuturnya.

Indonesia masih tertinggal

Wapres pun, kembali memaparkan bahwa menurut Data Global Innovation Index (GII) 2019, peringkat Indonesia berada di posisi 85 dari 129 negara di dunia. Sedangkan posisi Indonesia di ASEAN, peringkat inovasinya ada di posisi kedua terendah di atas Kamboja. "Bandingkan dengan Singapura (peringkat ke-8) dan Malaysia (peringkat ke-35) yang ekonominya berbanding lurus dengan budaya inovasinya," urainya. Kondisi tersebut, menurutnya, ironis, karena Indonesia mempunyai alokasi anggaran lebih besar ($2,130.3M) dibanding Vietnam, tetapi jumlah sumber daya peneliti Indonesia hanya 89 orang/1 juta penduduk, dibandingkan Vietnam jumlah peneliti 673/1 juta penduduk. Disamping itu, alokasi anggaran untuk riset dan pengembangan Indonesia terbesar berasal dari pemerintah (40%), sedangkan alokasi anggaran Vietnam terbesar justru berasal dari sektor industri (52%).

Perbaikan yang dibutuhkan

"Untuk mengejar ketinggalan kita terkait dengan inovasi, saya melihat ada beberapa hal yang perlu diperbaiki. Yaitu, pertama, terus memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan di tanah air," katanya. Terkait dengan hal ini, jelas Wapres, pemerintah menaruh perhatian besar terhadap kesesuaian antara kurikulum pendidikan dengan kebutuhan industri dan masyarakat. "Kita harus terus melakukan upaya link and match antara pendidikan dengan industri dan masyarakat melalui berbagai kolaborasi termasuk dalam pengembangan riset-riset terapan yang aplikatif bagi masyarakat," sebutnya. Yang kedua, kata Wapres, kita perlu terus memperluas jejaring riset dan inovasi kita. Sebagai contoh kerjasama antar universitas, antar lembaga riset, termasuk juga antar individu ilmuwan perlu lebih ditingkatkan, baik secara domestik apalagi secara internasional. "Saya bergembira karena forum cendekia kelas dunia tahun 2020 telah melibatkan berbagai ilmuwan diaspora dari berbagai penjuru dunia untuk saling berdiskusi mengenai isu-isu yang tengah dihadapi oleh dunia. Langkah ini sangat positif untuk memperkuat jejaring riset dan inovasi kita," pujinya. Lalu yang ketiga, menurut Wapres, meningkatkan pemanfaatan teknologi digital dan informasi untuk kepentingan riset dan inovasi. Hal ini mutlak diperlukan dan tentu saja menjadi perhatian besar pemerintah. "Karena itu pemerintah terus berupaya untuk memastikan tersedianya layanan dan infrastruktur teknologi informasi agar masyarakat lebih mudah mendapatkan akses," jelasnya. Kemudian yang keempat, tutur Wapres, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam riset dan inovasi sejak dini. Di sini Wapres mengharapkan dukungan dan bantuan dari para anggota Forum Cendekia Kelas Dunia agar dapat membantu pemerintah. "Selama ini, riset dipandang sebagai sesuatu yang rumit dan kompleks, sehingga tidak menarik. Padahal, sesungguhnya riset dapat dilakukan siapa saja. Riset sudah harus diperkenalkan sejak dini dengan mendorong rasa ingin tahu anak-anak kita agar kelak inovasi dapat menjadi bagian dari gaya hidup mereka," pintanya. Sementara yang kelima, dalam pandangan Wapres, edukasi dan pemahaman yang intensif terhadap peranan sains dan ilmu pengetahuan bagi kehidupan. Hal ini penting, karena belakangan ini terdapat kecenderungan di sekelompok masyarakat yang condong anti sains, mempercayai hal-hal yang berbau konspirasi, dan tidak menggunakan logika berpikir kritis dalam menganalisis suatu fenomena. "Sebagai contoh sederhana, sampai hari masih ada saja kelompok tertentu yang tidak percaya dengan Pandemi COVID-19, sehingga mengabaikan pesan pemerintah dalam melakukan berbagai upaya pencegahan. Sayangnya, beberapa kelompok tersebut justru mendapat publikasi yang luas," katanya. Oleh karena utu, Wapres mengajak kepada senua pihak termasuk para anggota forum cendekia untuk bersama-sama meluruskan hal-hal tersebut. "Sains dan ilmu pengetahuan harus menjadi nafas dalam kehidupan sehari-hari dengan tentu saja dibarengi dengan pemahaman agama yang baik serta kepekaan sosial sehingga sains dan ilmu pengetahuan menjadi berkah bagi umat manusia," pungkasnya.