Studi Baru Ungkap Kantong Magma di Mars dan Bulan Kemungkinan Bisa Ditinggali

Studi Baru Ungkap Kantong Magma di Mars dan Bulan Kemungkinan Bisa Ditinggali (Foto : )

Studi baru mengungkakan bahwa kantong magma di Mars dan Bulan memiliki ukuran yang sangat besar sehingga potensial untuk ditinggali. Studi baru-baru ini menyebutkan bahwa kantong magma yang terletak di Planet Mars dan perut Bulan diketahui cukup besar sebagai basecamp eksplorasi manusia. Hal tersebut karena kantong magma di Mars dan Bulan berukuran sangat besar, 100 hingga 1.000 kali ukuran kantong magma di Bumi.“Kantong magma dapat memberikan perlindungan dari radiasi kosmik dan matahari serta dampak mikrometeorit yang sering menambrak permukaan planet,” tutur penulis utama studi, Fransesco Sauro seperti dikutip dari Fox News, Senin (17/8/2020).Selain itu, lanjutnya, kantong magma memiliki potensi besar menjadi lingkungan di mana suhunya tidak bervariasi antara siang atau malam. Oleh karena itulah saat ini, badan-badan antariksa dunia tertarik untuk mengeksplorasi lebih jauh kantong-kantong magma tersebut.Dalam penemuan ini, Sauro dan para peneliti lainnya melihat kantong magma yang tersebar di berbagai wilayah Bumi: Hawaii, Kepulauan Canary, Kepulauan Galapagos, Australia dan Islandia.Data yang diperoleh kemudian dibandingan dengan kantong-kantong magma yang ada di Bumi, yang telah tertutup oleh permukaan tanah tepatnya di Lanzarote dan Galapagos. Kantong mama di Mars dan Bulan memiliki ukuran yang jauh lebih besar dibanding Bumi. Penyebabnya adalah gravitasi yang rendah dan aktivitas vulkanis yang berasal dari milyaran tahun lalu.Terlepas dari ukurannya, peneliti mengatakan bahwa kantong-kantong magma tersebut merupakan “target yang luar biasa untuk eksplorasi dan tempat tinggal di lingkungan yang aman dan terlindungi.”Ini bukanlah kali pertama para ilmuwan memprediksikan kantong magma di Mars dan Bulan potensial untuk ditinggali. Pada 2017, Japan Aerospace Exploration Agency menemukan goa yang sangat besar di bawah permukaan Matahari.NASA berencana untuk kembali melakukan eksplorasi Matahari lewat proyek Artemis pada 2024. Studi ini telah dipublikasikan pada jurnal Earth-Science Reviews.