Sering Jadi Perdebatan, Berbahayakah Main Ponsel di Pesawat? Ini Penjelasannya

stanislav-kondratiev-2lOkq1RR22c-unsplash (Foto : )

Banyak pendapat dan sering jadi perdebatan, apakah berbahaya jika menggunakan ponsel saat berada di pesawat? Masih banyak di masyarakat kita, sering bertanya-tanya apakah penggunaan ponsel atau smartphone di pesawat berbahaya. Seperti dilansir dari laman flightdeckfriend.com, (14/8) menurut Flight Deck Friend (FDF), dengan bantuan sistem navigasi GPS modern pada pesawat komersial, penggunaan smartphone di pesawat tidak mungkin menyebabkan masalah apapun pada peralatan navigasi dek penerbangan. Namun, gangguan dapat terjadi ketika ponsel sedang mencari sinyal. Gangguan itu seperti suara yang sama ketika telepon mengirimkan sinyal dan didengarkan melalui speaker besar. Hal ini bisa sangat menganggu dan membuat panggilan radio ATC sulit didengar. Beberapa maskapai penerbangan sudah mengizinkan penggunaan smartphone di udara, tetapi itu melalui sistem jaringan pesawat. Sebagian besar maskapai penerbangan sekarang mengizinkan ponsel untuk dihidupkan dan digunakan selama operasi darat. Beberapa di antaranya bahkan memiliki WiFi onboard sehingga email dan sebagainya dapat digunakan. EASA yang merupakan regulator European Aviaton mengizinkan ponsel untuk digunakan dalam penerbangan, termasuk panggilan suara. Tetapi izin itu dikembalikan ke maskapai penerbangan masing-masing untuk mengizinkan dan meningkatkan keselamatan kepada regulator untuk mengizinkan penggunaannya. Banyak contoh di mana beberapa interferensi elektromagnetik telah dicurigai sebagai penyebab kecelakaan, tetapi tidak terbukti. Salah satunya adalah insiden penerbangan Crossair 498 yang jatuh dua menit setelah lepas landas dari Zurich pada 10 Januari 2000 silam. Penyelidik saat itu melakukan berbagai tes pada jenis pesawat yang sama, SAAB 340B, untuk melihat apakah tim dapat mereplikasi gangguan elektromagnetik melalui penggunaan ponsel. Namun, tim penyelidik tidak dapat menunjukkan bahwa smartphone memiliki efek pada sistem pesawat. Kemudian insiden pada 6 Juni 2003, sebuah pesawat jatuh saat mendekati Bandara Christchurch di Selandia Baru. Ada delapan korban jiwa termasuk pilot tunggal, tetapi ada dua orang yang selamat. Dilaporkan bahwa pilot melakukan panggilan telepon saat mendekati bandara dan ini berakibat pada kecelakaan saat ia turun di bawah ketinggian minimum. Adanya gangguan elektromagnetik kembali menjadi kecurigaan saat melakukan panggilan telepon itu, tetapi lagi-lagi tidak terbukti dan kemungkinan besar gangguan dari pilot yang menelepon adalah penyebab kecelakaan itu sendiri. Sehingga tampaknya gangguan elektromagnetik dengan sistem pesawat tidak mungkin terjadi.