Penampakan tempat aneh di tata surya ditemukan oleh pesawat ruang angkasa NASA, Dawn, saat menghabiskan sisa bahan bakarnya.
Tempat aneh di Tata Surya ini bernama Kawah Occator yang berada di tumbukan masif planet kerdil bernama Ceres. Temuan ini berhasil direkam oleh Dawn usai selama beberapa bulan ini melakukan misi di planet kerdil.
Seperti dikutip dari Live Science, saat terbang 22 mil atau sekitar 35 kilometer di atas permukaan planet kerdir, Dawn lalu menemukan Kawah Occator yang menunjukkan aktivitas geologi dengan air asin di permukaannya.
Penemuan ini mengubah pandangan ilmuwan mengenai planet kerdir bernama Ceres ini.
[caption id="attachment_360690" align="aligncenter" width="900"] Ilustrasi Planet (pixabay CharlVera)[/caption]
Diduga kuat, planet ini sudah aktif dalam waktu yang cukup lama. Ilmuwan menyambut baik mengenai penemuan tempat aneh di Tata Surya yang bernama Kawah Occator ini.
Lebih lanjut, para ilmuwan menduga bahwa Kawah Occator sudah berusia 22 juta tahun dengan ukuran sekitar 57 mil atau 92 kilometer.
[caption id="attachment_360691" align="aligncenter" width="900"] NASA Temukan Tempat Aneh di Tata Surya Ini, Seperti Ini (Foto NASA/JPL-Caltech/UCLA/MPS/DLR/IDA)[/caption]
Melihat garis waktu dari peristiwa geologi di Kawah Occator, ilmuwan berpendapat bahwa kriovolkanisme sudah dimulai sejak 9 juta tahun yang lalu.
Air asin di permukaan Kawah Occator ini diduga berasal dari mantel planet kerdil ini melalui lapisan atas batu-batuan. Proses ini terus terjadi sekitar lebih dari satu juta tahun.
Ilmuwan menjelaskan bahwa penemuan ini sangat unik karena terjadi pada objek yang relatif kecil yang sama sekali tidak berpengaruh pada tarikan gravitasi layaknya bulan ultra dan vulaknik Jupiter Io.
Kadar asin dari garam pada Ceres disebut-sebut berumur lebih pendek jika dibandingkan dengan garam di Bumi.
Kandungan garam pada Ceres ini yang mungkin berpengaruh pada suhu planet tersebut yang lebih hangat dan tanpa tarikan gravitasi.
Penemuan mengenai tempat aneh di Tata Surya ini dirasa unik oleh para ilmuwan saat pertama kali terdeteksi. Namun, penelitian mengenai hal ini perlu untuk dilakukan secara serius nantinya.