Geger Sepehi, Inggris Perintahkan Pasukan India Jarah Keraton Jogja

Geger Sepehi, Inggris Perintahkan Pasukan India Jarah Keraton Jogja (Foto : )

kadipaten  dan dinamakan Pakualaman.

Selama bertakhta (1810-1814), Sultan Hamengkubuwono III dianggap sebagai raja boneka Inggris, kebijakan yang dikeluarkannya hanya menguntungkan kaum penjajah juga menarik pungutan pajak yang tinggi.

Ada satu yang menjadi pemicu kemarahan rakyat, yakni pengangkatan kapiten Tionghoa Tan Jin Sing sebagai Bupati Yogyakarta. (Peter Carey, Orang Cina, Bandar Tol, Candu, dan Perang Jawa: Perubahan Persepsi Tentang Cina (1755-1825)). Pemangkasan Kekuatan Militer Pada 1 Agustus 1812, pemerintah Inggris memaksa Keraton Yogyakarta dan Surakarta untuk menandatangani perjanjian yang sangat merugikan bagi bangsawan-bangsawan Jawa.Perjanjian tersebut memangkas kekuatan militer kerajaan sampai sebatas yang diizinkan Inggris. Beberapa wilayah seperti Japan (Mojokerto), Jipang, dan Grobogan, diambil paksa sehingga membuat para pejabat yang memerintah di sana kehilangan jabatan dan penghasilan. (Peter Carey, 2008. Kuasa Ramalan: Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa 1785-1855, Kepustakaan PopulerGramedia, 2012).Pengelolaan gerbang-gerbang cukai jalan dan pasar juga diserahkan kepada Inggris, ini tidak hanya menghilangkan pendapatan dari pungutan tapi juga membuat perdagangan dikuasai oleh pihak asing.Selain itu, Inggris juga menetapkan bahwa semua orang asing dan orang Jawa yang lahir di luar wilayah kerajaan berada dalam hukum kolonial. Mereka tidak lagi dapat diadili di bawah hukum Jawa-Islam.Kebijakan-kebijakan tersebut membuat pergolakan besar dalam masyarakat Jawa hingga meletus Perang Diponegoro (1825 - 1830).[caption id="attachment_360201" align="alignnone" width="900"]