Begini Lantunan Kumandang Adzan Terakhir Bilal bin Rabbah

Begini Kumandang Nada Adzan Terakhir Bilal bin Rabbah (Foto : )

Adzan yang dikumandangkan Bilal bin Rabbah dipercaya adalah adzan merdu yang abadi. Bagaimanakah merdunya nada adzan versi Bilal? Bagaimana pula nadanya? Apakah Bilal mempunyai nada sendiri saat mengumandangkan adzan di masa Nabi Muhammad? Kini, masih bisakah kita mendengar lantunan nada adzannya Bilal? Adzan selalu berkaitan dengan lantunan nada-nada indah. Setiap muadzin dunia punya versi nada indah tersendiri untuk melantunkan tanda telah masuknya waktu salat. Ada banyak nada yang dipakai oleh para muadzin dunia. Diantaranya, nada Nahawan, nada Syika, nada Bayyati, nada Rosh dan masih banyak lagi. Namun yang paling legendaris adalah kumandang adzan Bilal bin Rabbah (580–640 Masehi). [caption id="attachment_358605" align="alignnone" width="900"] Foto: Ilustrasi Jagatnatha | ANTV[/caption] Bilal bin Rabbah adalah muadzin pertama yang mengumandangkan adzan atas perintah Nabi Muhammad. Mengapa Bilal? Bukankah dia seorang budak? Ya! Bilal adalah seorang budak berkulit hitam dari Habsyah (sekarang Ethiopia) yang masuk Islam ketika masih menjadi budak. Bilal kemudian dimerdekakan oleh Abu Bakar. [caption id="attachment_358601" align="alignnone" width="600"] Foto: SyafQ Komik, Azan Terakhir Bilal Bin Rabah, Maret 2020.[/caption] Bilal dipilih Nabi Muhammad untuk mengumandangkan adzan karena suaranya lantang. Semasa Rasulullah SAW hidup, setiap hari Bilal mengumandangkan azan.

Muadzin kedua adalah Abdullah bin Ummi Maktum, seorang buta namun mempunyai suara lantang pun indah.

Dia orang buta pertama yang mengikuti peperangan pada jaman Nabi. Banyak orang bertanya-tanya seperti apa kumandang adzan Bilal. Ini terjawab ketika Syaikh Hisyam At-Thaiyyarah mengumandangkannya. https://www.instagram.com/p/CDk9Pw2HNDC/?igshid=ce1p1922t6sd Sejarah Awal Munculnya Adzan Dikutip dari Sirah Nabawiyah atau yang lebih dikenal dengan Sirah Ibnu Ishaq yang disyarah oleh Ibnu Hisyam, seorang sahabat bernama Abdullah bin Zaid menghadap Nabi Muhammad. Ia mengisahkan mimpinya mendengar seruan adzan pada malam sebelumnya. Dalam mimpinya, Abdullah bin Zaid didatangi seorang berjubah hijau yang membawa lonceng.  Semula Abdullah berniat membeli lonceng itu untuk memanggil orang-orang menunaikan salat. Namun orang berjubah hijau itu justru menyarankan Abdullah untuk mengucapkan serangkaian kalimat sebagai penanda waktu salat telah tiba. Serangkaian kalimat yang dimaksud adalah: Allahu Akbar Allahu Akbar, Asyhadu alla ilaha illallah, Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah, Hayya 'alash sholah hayya 'alash sholah, Hayya 'alal falah hayya 'alal falah, Allahu Akbar Allahu Akbar, dan La ilaha illallah. Nabi Muhammad kemudian meminta Abdullah untuk mengajari Bilal bin Rabah bagaimana cara melafalkan kalimat-kalimat itu. [caption id="attachment_358602" align="alignnone" width="900"] Foto: SyafQ Komik, Azan Terakhir Bilal Bin Rabah, Maret 2020.[/caption] Saat Bilal bin Rabah mengumandangkan adzan, Umar bin Khattab yang tengah berada di rumahnya mendengar. Ia segera menghadap Nabi Muhammad dan menceritakan bahwa dirinya juga bermimpi tentang hal yang sama dengan Abdullah bin Zaid. Dalam satu riwayat, Nabi Muhammad juga disebutkan telah mendapatkan wahyu tentang adzan. Oleh karena itu, beliau membenarkan apa yang disampaikan oleh Abdullah bin Zaid maupun Umar bin Khattab. Sejak saat itu, adzan resmi sebagai penanda masuknya waktu salat. Adzan pertama kali disayariatkan di Kota Madinah pada tahun pertama Hijriyah. Bilal bin Rabbah termasuk muadzin pertama dalam Islam. [caption id="attachment_358603" align="alignnone" width="600"] Foto: SyafQ Komik, Azan Terakhir Bilal Bin Rabah, Maret 2020.[/caption] Ketika Nabi Muhammad wafat, dia tidak bersedia lagi menjadi muadzin. Alasannya, air matanya pasti akan bercucuran manakala sampai pada kalimat ‘Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah’ sehingga membuatnya tidak kuasanya melanjutkan adzan. Namun saat Umar bin Khattab tiba di Yerusalem, Bilal diminta untuk adzan sekali lagi. Dia menyanggupi permintaan itu. Menurut Syekh Abddullah As-Syarqawi, Nabi Muhammad pernah pula mengumandangkan adzan sekali. Yakni, ketika beliau dalam sebuah perjalanan. Ketika sampai pada syahadat kedua, Nabi Muhammad mengumandangkan ‘Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah'.