Ledakan dahsyat di Beirut, Lebanon, diduga berasal dari ribuan ton amonium nitrat yang disimpan di gudang pelabuhan. Kapten kapal yang membawa muatan berbahaya itu membuat pengakuan mengejutkan.
Adalah Boris Prokoshev, kapten kapal kargo Rhosus yang mengaku membawa muatan 2.750 amonium nitrat pada 2013.
Menurut Prokoshev, saat itu kapalnya sedang dalam pelayaran dari Batumi di Georgia menuju Mozambik.
Namun di tengah perjalanan, Rhosus terpaksa singgah ke Beirut, Lebanon, karena ada kerusakan pada radar dan mesin kapal.
Pemilik kapal bernama Igor Grechushkin kemudian memintanya membawa kargo tambahan di Beirut berupa alat berat.
Namun lantaran kargo tambahan itu dapat membahayakan pelayaran karena terlalu berat, akhirnya tidak jadi dimuat dalam kapal.
[caption id="attachment_358533" align="alignnone" width="900"]
Kirim Surat ke Presiden Putin
Meski demikian, kapal Rhosus tidak dapat segera meninggalkan pelabuhan. Penyebabnya, si pemilik kapal, Igor Grechushkin, malah lepas tangan, tidak mau membayar biaya dan denda selama kapal sandar di Beirut Menurut Prokoshev, Grechushkin juga tak peduli dengan nasib awak kapal Rhosus yang terperangkap dalam kapal selama berbulan-bulan. "Kita tinggal di atas tumpukan amonium nitrat selama 10 bulan tanpa digaji," katanya. [caption id="attachment_358534" align="alignnone" width="900"]Bukannya mendapat bantuan, ia malah mendapat ejekan dari pejabat Kedutaan Rusia di Beirut.
"Apa yang kamu inginkan? Agar Putin mengirim pasukan khusus untuk membebaskan kalian dengan kekerasan?" kata Prokoshev menirukan balasan pejabat Kedutaan Rusia.
[caption id="attachment_358530" align="alignnone" width="634"]
Kapal Sudah Karam
Belakangan, para awak kapal akhirnya diperbolehkan pulang ke tanah air. Ini terjadi setelah gugatan terkait penahanan awak kapal Rhosus yang ilegal dimenangkan oleh pengadilan setempat. Meski demikian, kata Prokoshev, kapal dan muatan 2.750 amonium nitrat disita aparat. Amonium nitrat kemudian dimasukkan ke sebuah gudang di bawah otoritas Kementerian Transportasi Lebanon. "Saya mendengar kabar dari para pelaut yang datang ke Beirut, kapal itu akhirnya karam dua atau tiga tahun lalu," kata Prokoshev yang kini berusia 70 tahun. "Ada lubang kecil (di kapal), yang airnya harus dipompa secara rutin. Dengan tidak adanya awak kapal maka tak ada yang melakukannya (pemompaan)," katanya lagi. [caption id="attachment_358535" align="alignnone" width="900"]Daily Mail