Pabrik kopi tua peninggalan jaman kolonial Belanda, sejak 1911 di Banaran, masih berproduksi hingga kini. Kopi robusta Banaran ini terkenal karena rasa asam dan pahit yang khas beraroma moka. Kopi Banaran ini bahkan mendapat julukan Java Mocha. Di sini juga jadi lokasi agrowisata untuk keluarga loh ..
Siang itu di sebuah rumah makan daerah Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang. Acara makan tertunda sebentar. Karena saat lewat halaman kafe, aroma harum kopi memaksa saya berbelok ke sebuah bangunan di sisi kanan. Rupanya ada lagi "roasting" atau memanggang biji kopi. Pantas saja aromanya merebak kemana-mana.
[caption id="attachment_357477" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Namun rayuan harum kopi itu numpang lewat sebentar. Sebab, ada yang lebih menyedot perhatian di sisi utara tempat roasting tadi. Sebuah bangunan tua dengan halaman yang sangat luas. Tertulis di tembok depan "Pabrik Kopi Banaran".
Kopi Banaran merupakan kopi berjenis robusta yang dihasilkan dari perkebunan kopi yang dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara IX (Persero).
Salah satunya terdapat di areal perkebunan kopi Kebun Getas Afdeling Assinan di Jalan Raya Semarang-Solo, Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Saya bertanya ke petugas di areal pabrik, apakah bisa melihat proses pengolahan kopi di sini. Wah ternyata bisa. Tapi syaratnya harus ke museum kopi dulu dan beli tiket di sana. Nanti setelah dari museum akan diantar ke pabrik.
Museum kopi berada persis di belakang Kafe Banaran IX. Tidak begitu besar, tapi lumayan komplit koleksinya. Seperti alat pengolah kopi tradisional dari jaman ke jaman, alat penumbuk dan penggiling kopi, pernak-pernik timbangan, hingga koleksi biji kopi dari seluruh Indonesia.
Menurut salah satu petugas yang mengelola area kafe dan pabrik, bulan Agustus adalah awal masa panen dan musim pengolahan kopi tahunan. Sehingga bisa melihat proses lengkap pengolahan kopi di pabrik.
"Setelah beli tiket museum kopi, nanti akan ada yang mengantar ke pabrik. Mulai dari bagian pengupasan kulit, penjemuran kopi, pemanasan sistem oven, penjemuran, sortasi atau pemilihan biji kopi, hingga proses roasting dan penggilingan jadi bubuk," jelas Ari, salah satu petugas di penggilingan kopi Banaran IX.
Ia menambahkan, untuk saat ini area pabrik memang sudah dibuka untuk kunjungan namun jumlahnya dibatasi, dan harus menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker, cuci tangan dengan sabun, dan lain-lain.
Pabrik kopi Banaran 9 ini tetap memakai bangunan tua peninggalan Belanda yang sudah berdiri sejak tahun 1911. Berdinding tebal dan beratap seng. Cerobong asap ada di sebagian bangunan.
Saat memasuki pabrik, ada banyak pekerja yang memproses buah kopi. Lumayan banyak karena memang sedang musimnya.
[caption id="attachment_357479" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
"Ada dua proses utama di sini, yaitu wet proses atau basah, dan dry proses atau kering. Kalau yang basah dipakai untuk biji kopi pilihan yaitu yang berwarna merah, sedangkan proses kering dengan cara dijemur untuk buah kopi hasil sortiran," tambahnya.
Saya memasuki sebuah lorong banguan tua menuju ke proses pengolahan basah. Di sini kopi direndam dalam kolam besar dengan air penuh. Buah berkualitas akan tenggelam, sedang yang kurang bagus akan mengapung.
Buah yang bagus akan dimasukkan ke mesin pengupas, lalu masuk ke mesin huller untuk mengurangi kadar air, kemudian masuk ke ruang pemanasan. Proses ini masih mempertahankan mesin dan bangunan tua yang sudah dipakai sejak pabrik berdiri.
[caption id="attachment_357480" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Pemanasannya memakai kayu yang disalurkan lewat tungku besar. Hasil kupasan buah kopi akan menjadi biji berwarna hijau atau biasa disebut green bean.
[caption id="attachment_357482" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
"Yang diproses di sini adalah kopi jenis robusta, yang ditanam di perkebunan kopi Bawen dan Jambu, kalau yang jenis arabika ditanam dan diolah di Ungaran," tuturnya.
Biji yang sudah kering dengan kadar air tertentu, kemudian disortir untuk memilih biji kualitas nomor satu dan kualitas di bawahnya. Penyortiran dilakukan dengan cara manual yang melibatkan ibu-ibu yang tinggal di sekitar pabrik.
[caption id="attachment_357478" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Biji kopi pilihan ditampung dalam karung goni. Sebagian diekspor dan sebagian untuk konsumsi kopi premium di tanah air. Untuk konsumsi siap seduh, kopi diroasting dan digiling jadi bubuk dan bisa dinikmati di kedai kopi yang ada di areal pabrik.
[caption id="attachment_357483" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Kopi Banaran ini dapat diseruput dengan nikmat langsung dari Kebun Getas. Beberapa bagian dari kebun ini dibuka untuk umum dalam konsep agrowisata Kampoeng Kopi Banaran.
Pengunjung dapat berkeliling hingga puncak kebun kopi menggunakan kereta wisata. Ada juga outbond, resort, kafe, dan aktivitas lainnya di Kampoeng Kopi Banaran.
[caption id="attachment_357484" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Oh iya, Kopi Banaran yang diekspor ini juga dapat dibawa pulang sebagai buah tangan dengan harga mulai dari Rp15 ribu per 100 gram.
Teguh Joko Sutrisno | Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah