Misteri Relief Pembuatan Keris dan Mitos Uji Kesetiaan di Candi Sukuh

Misteri Relief Pembuatan Bilah Keris di Candi Sukuh (Foto : )

Keris bukanlah senjata tajam. Keris pula, bukan senjata untuk bertempur jarak dekat. Keris adalah simbol mahakarya yang di dalamnya terkandung mahadata yang berdayaguna bagi pemiliknya. Pada relief Candi Sukuh (diperkirakan dibuat abad ke-15) tergambar bagaimana Empu membuat keris. Sssttt ... di sini juga dipercaya mampu menguji kesetiaan pasangan loh ...  Ada yang menarik pada relief di Candi Sukuh. Tergambar di sini bagaimana proses pembuatan keris. Di balik ini ada makna simbolis-filosofis yang dapat dipelajari dibalik penciptaan keris.

Keris bukanlah senjata tajam. Keris pula, bukan senjata untuk bertempur jarak dekat. Keris adalah simbol mahakarya yang di dalamnya terkandung mahadata yang berdayaguna bagi pemiliknya.
[caption id="attachment_354053" align="alignnone" width="900"] Foto: Instagram @paiketan_tosanaji_bali[/caption] Memaknai simbol relief pembuatan keris Candi Sukuh menurut IG @peksidewata7 yang diunggah @paiketan_tosanaji_bali adalah: Posisi Sang Empu Pande dan Dewa Ganeça yang berada pada cerukan di lantai, bermakna: Keduanya memposisikan diri mereka sebagai "Lingga Çiwa".

Dewa Çiwa adalah manifestasi dari daya kekuasaanNya dalam melebur. Dewa Çiwa juga merupakan "Api" itu sendiri. Dalam prakteknya untuk mendapatkan bahan ada proses melebur bahan logam dan mewasuh/menempa.

Keduanya juga memanifestasikan diri sebagai kesatuan dari "Lingga-Yoni" yaitu sebagai manunggalnya Trimurti (Mencipta-Memelihara-Melebur). Bahwa daya kekuasaanNya-lah yang bekerja, menuntun dalam bekerja.

Masuk ke dalam cerukan di tanah ibarat orang yang mati, dimasukkan liang kubur, meninggalkan semua kemelekatan dunia.

Dalam ungkapan Jawa adalah "mati sakjroning urip, urip sakjroning pati" yang artinya meninggalkan kemelekatan duniawi saat masih hidup sehingga bisa hidup tanpa dirundung kekhawatiran, kecemasan maupun ketakutan.

Secara spiritualitas telah meninggalkan "Ego" agar nantinya daya kekuasaanNya bisa eksis bekerja.

Ibaratnya seperti kisah Ruwatan Sudamala. Sadewa sudah bukan lagi Sadewa pribadi tapi Dewa Çiwa telah masuk ke dalam diri Sadewa dan kemudian meruwat Dewi Durga.

Begitulah idealnya seorang Empu Pande Sewaktu berkarya membuat bilah keris.

Masuk ke dalam ceruk tanah juga dapat diartikan "pulang" ataupun "sangkan paraning dumadi, dumadining sangkan paran" atau asal muasal suatu ciptaan/hidup/kehidupan dan kemana tujuan akhir nantinya ciptaan/hidup/kehidupan itu. Menguji Kesetiaan Pasangan? Candi Sukuh secara vulgar mengekspos alat kelamin pria dan wanita. Ini adalah simbol Lingga dan Yoni. Simbol kesuburan. Simbol penciptaan. Simbol kehidupan biologis. Simbol peleburan dengan semesta. Candi Sukuh ini mengandung pesan yaitu agar para pengunjung menyucikan hati. Menyadari diri. Karena itulah kenapa candi ini sering digunakan oleh pasangan yang hendak menikah untuk menguji kesetiaan calon istri dan suami. Lalu bagaimana caranya? Bagi calon istri diminta untuk melangkahi relief persenggamaan. Bila kebaya yang dipakai terlepas, itu artinya calon istri telah berselingkuh atau tidak perawan lagi kalau kain yang dikenakan robek. Sedangkan para lelaki dikenali kalau sudah berselingkuh atau tidak perjaka lagi bila setelah melangkahi relief tersebut terkencing-kencing. Cukup unik tapi ya percaya tidak percaya ... Candi Sukuh Mirip Situs Piramida Indian Maya atau Inca Candi Sukuh punya arsitektur yang berbeda dengan candi-candi lain, Hindu maupun Buda, seperti Candi Prambanan maupun Borobudur. Itulah mengapa UNESCO memasukan Candi Sukuh dalam situs warisan dunia sejak 1995. Candi Sukuh bentuknya justru lebih mirip dengan situs budaya Indian Maya yang ada di Meksiko atau bahkan situs budaya bangsa Indian Inca di Peru. [caption id="attachment_354034" align="alignnone" width="900"] Candi Sukuh mirip bangunan piramida atau tempat pemujaan suku Indian Maya mupun Inca.[/caption] Bentuk yang terlihat dari kejauhan mirip seperti trapesium dengan 3 teras bertingkat dengan satu anak tangga pada bagian tengahnya. Perbedaan yang mencolok lain adalah arah Candi Sukuh yang tidak menghadap ke matahari terbit di timur, namun justru mengarah ke barat. Penyimpangan Arsitektur Candi Sukuh Arsitektur Candi Sukuh dinilai menyimpang dari ketentuan dalam kitab pedoman pembuatan bangunan suci Hindu, Wastu Widya. Menurut ketentuan, sebuah candi harus berdenah dasar bujur sangkar dengan tempat yang paling suci terletak di tengah. Candi Sukuh berbentuk trapesium dengan 3 teras. Bisa jadi, saat pembangunannya, pengaruh agama Hindu di Jawa mulai memudar sehingga pendiri saat itu kembali menghidupkan unsur pra-Hindu dan budaya setempat yang identik dengan jaman Megalitikum, yaitu bentuk bangunan candi dengan teras/punden berundak. Ada pula dugaan kalau Candi Sukuh ini adalah tempat pangeruwatan untuk menangkal kekuatan buruk yang melekat pada diri dan kehidupan seseorang. Ini tergambar para relief yang memuat cerita-cerita pengruwatan, seperti Sudamala dan Garudheya. [caption id="attachment_354027" align="alignnone" width="506"] Relief Lingga (alat kemaluan pria) dan Yoni (vagina) sebagai lambang mula penciptaan manusia secara biologis. Sulur ikal di sekitar Lingga dan Yoni menggambarkan DNA.[/caption] Serta pula Candi Sukuh sebagai tempat menghormati asal mula kehidupan manusia, yang tergambar dengan Lingga dan Yoni. Lokasi Candi Sukuh Candi Sukuh berada di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar, Surakarta, Jawa Tengah. Letaknya di lereng bagian barat Gunung Lawu, Karanganyar. Jaraknya sekira 20 km dari pusat kota Karanganyar, atau 36 km dari pusat kota Surakarta. Jikalau memulai perjalanan dari Surakarta (Solo) naik bus jurusan Tawangmangu – turun di Terminal Pandan – lanjut naik angkutan atau bus ke Pertigaan Nglorog – diteruskan naik ojek hingga ke Candi Sukuh. Jangan lupa, minta tukang ojek untuk menunggu atau janjian jemput jam berapa. Beda kalau mengendarai motor atau mobil pribadi. Kita bisa pulang kapan saja setelah puas mengeksplorasi keunikan Candi Sukuh. Anda penasaran?