Gunung Tidar di Kota Magelang selama ini dipercaya para pelaku kepercayaan mistis sebagai Pasak Pulau Jawa. Penyeimbang atau pemasti harmoni di Pulau Jawa. Di sini terdapat hutan lebat yang dipercaya menyimpan kisah kuno para pelaku mistisisme.
Gunung Tidar ini sejatinya adalah bukit.
Dari sejak dahulu, bukit ini punya kisah mistis tentang seorang ulama pengembang agama Islam saat membuka hutan dan menaklukkan jin yang ada di dalamnya. Beliau adalah Syech Subakir.
Kisahnya, dari tutur tinular yang berkembang di masyarakat pemukim di sekitarnya, jaman dulu tak ada yang berani masuk ke Gunung Tidar. Konon jika ada yang masuk, jin penguasa niskala Tidar akan mengerahkan anak buahnya untuk mengusir bahkan memangsanya.
Kemudian, ada seorang penyebar agama Islam bernama Syech Subakir dari Timur Tengah, bersama Syech Jangkung seorang kyai dari daerah timur Jawa Tengah, datang ke gunung ini.
Tahu ada manusia yang berani menjamah Gunung Tidar, mengamuklah jin penguasa itu. Terjadi adu kekuatan yang dahsyat. Sampai kemudian Syeh Subakir berhasil menaklukkan pasukan jin hingga pimpinan jin kemudian bersedia berunding dengan Syech Subakir.
Kesepakatan dicapai. Syech Subakir melanjutkan berdakwah menyebarkan ajaran Islam di daerah Magelang dan sekitarnya.
Selain kisah menaklukkan jin, ada cerita lainnya tentang Gunung Tidar. Pada masa itu beberapa utusan dari Timur Tengah sangat kesulitan menyebarkan agama Islam di Jawa. Karena masyarakat Jawa pada waktu itu kokoh dengan kepercayaan lama, yang meyakini bumi dan laut di sekitar Pulau Jawa dikuasai tokoh gaib.
Diutuslah Syekh Subakir. Beliau membawa sebuah batu hitam yang dipasang di banyak tempat se Nusantara. Khusus di tanah Jawa, batu hitam itu diletakkan di puncak Gunung Tidar.
Dipilihnya gunung ini karena dianggap sebagai Pasak atau Paku tanah Jawa. Secara geografis memang letaknya di tengah-tengah Pulau Jawa. Masyarakat setempat waktu itu percaya kalau pulau ini berguncang berarti ada sesuatu di Gunung Tidar.
Batu yang ditaruh Syech Subakir itulah yang membuat gonjang-ganjing kalangan jin tadi.
Lepas dari percaya atau tidak, yang jelas Gunung Tidar merupakan tempat yang menarik. Letaknya persis di tepi selatan Kota Magelang. Sangat rimbun dengan pepohonan pinus dan tanaman khas tropis lainnya. Gunung Tidar juga menjadi tempat wisata religi yang sering dikunjungi peziarah yang akan berdoa di makam Syech Subakir.
Saat saya ke sana sebelum pandemi, peziarah yang datang cukup banyak. Tak hanya dari sekitar Magelang saja, tapi juga dari luar kota.
[caption id="attachment_352300" align="alignnone" width="900"]
Pangeran Purbaya adalah salah satu putra Sutawijaya yang kemudian menjadi raja pertama Mataram bergelar Panembahan Senopati. Ibunya bernama Rara Lembayung, putri Ki Ageng Giring III dari Desa Sodo, Palihan, Gunungkidul.
Semasa muda Purbaya dikenal dengan sebutan Jaka Umbaran yang artinya anak tanpa asuhan atau ditelantarkan.
Babad Tanah Jawi mengisahkan, Ki Ageng Giring menemukan kelapa muda ajaib yang jika airnya diminum sampai habis dalam sekali teguk, akan menyebabkan si peminum dapat menurunkan raja-raja tanah Jawa. Tanpa sengaja air kelapa muda itu diminum habis oleh Ki Ageng Pamanahan yang bertamu ke Giring dalam keadaan haus.
Ki Ageng Pamanahan merasa bersalah setelah mengetahui khasiat air kelapa ajaib itu. Ia lalu menikahkan putranya, yaitu Sutawijaya dengan anak perempuan Ki Ageng Giring. Namun Sutawijaya meninggalkannya pulang ke Mataram dalam keadaan mengandung Jaka Umbaran ini.
[caption id="attachment_352298" align="alignnone" width="900"]
Sutidjah, juru kunci makam petilasan Eyang Ismoyo Jati, mengatakan nama-nama yang ada di puncak Gunung Tidar punya makna tersamar.
Sebutan ‘Eyang’, maknanya ‘elinga padha sembahyang’ (ingat untuk melakukan salat), ‘Ismaya’ maknanya ‘aja padha semaya’ (jangan menunda). Kata ‘jati’ artinya ‘kabeh ana jati dhirimu’ (semua ada pada jati dirimu).
Sedangkan kata ‘Semar’, maknanya ‘Sira Eling Marang Allah lan Rasul’ (kamu ingat pada Allah dan Rasul).
[caption id="attachment_352303" align="alignnone" width="900"]