Garang Asem. Begitulah namanya disematkan pada kuliner berkuah segar ini. Biasanya daging ayam yang dipakai sebagai racikan andalan. Namun di Pekalongan ada Garang Asem daging sapi yang akan menggoyang lidah Anda dan keluarga.
Menikmati sore di kota Pekalongan, Jawa Tengah paling enak itu ya santap-santap kuliner. Mau tahu pusatnya? Ada di alun-alun kota.
Seolah menjadi pusat jajanan dan kuliner, di sini Anda bisa jumpai berbagai menu khas kota legenda Dewi Lanjar ini. Komplit. Ada Lontong Opor Ayam Kampung, Soto Tauco, Nasi Megono, dan yang ingin saya ajak Anda mencicipinya: Garang Asem Daging Sapi!
Sebentar ... Garang Asem kok daging sapi? Bukannya daging ayam ya?
Itu kalau di kota lain seperti Kudus, Purwodadi, Semarang, atau Solo. Tapi kalau di Pekalongan isiannya daging sapi dan tidak dibungkus daun pisang. Tapi ditampung dalam panci besar.
[caption id="attachment_352271" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Warung Garang Asem paling kondang di Pekalongan adalah warung Haji Masduki. Lokasinya persis di di sebelah utara alun-alun kota Pekalongan. Tidak begitu besar, tapi yang beli kalau pas jam makan bisa antre panjang.
[caption id="attachment_352273" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Nah, supaya tidak antre, datang saja di luar jam makan pagi atau siang. Sore-sore lah yang paling nyaman. Sambil duduk santuy menikmati suasana alun-alun.
[caption id="attachment_352274" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Garang Asem khas Pekalongan ini kuahnya hitam. Mirip Rawon begitu. Karena memang bumbunya juga memakai kluwak. Bedanya, Garang Asem kuat rasa asam dan pedasnya. Ini karena bumbunya dominan rempah, asam, tomat, dan cabai rawit.
"Memang bumbu dasarnya itu sama dengan Rawon, tapi kalau Garang Asem pakai tomat hijau yang dipotong besar, terus cabe rawitnya pakai yang kuning atau hijau, dimasukkan ke kuah utuh, nanti pas makan bisa diceplus kayak lalapan," kata Abdul Kholiq, penerus generasi Garang Asem Haji Masduki.
[caption id="attachment_352276" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
Penyajiannya cukup menggoda perut. Ditampung dalam panci besar dan ditaruh di atas kompor dekat meja. Sehingga pembeli bisa lihat langsung kuahnya yang "kimplah-kimplah" melimpah karena mendidih.
Daging sapinya campuran antara daging murni dengan daging berlemak. Sehingga kuahnya agak berminyak. Dagingnya kalau sudah matang sebagian terapung bersama cabe rawit utuh di permukaan. Aromanya tak perlu diceritakan. Menohok ke pusat rasa lapar. Membayangkan setiap seruputan kuahnya, beeehhh ...
[caption id="attachment_352277" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]
"Garang asem ini biasanya dimakan dengan tambahan lauk telur masak pindang yang warnaya coklat itu," tambahnya.
Garang asem sapi dihidangkan dalam mangkuk. Nasinya terpisah. Nanti penikmat bisa tuang kuah dan daging ke nasi. Tips menikmatinya, jangan semua dituang. Sisakan sebagian kuahnya di mangkuk. Nanti kalau nasi dan dagingnya tandas, lakukan ritual ini: Dikokop kuahnya! alias diseruput kuah langsung dari mangkuknya.
"Kalau lewat Pekalongan saya sering mampir sini, banyak sih pilihannya. Yang seneng ya garang asemnya, meski isinya daging tapi kuahnya seger," kata Hendro, pengemudi travel asal Semarang.
Warung garang asem Haji Masduki sudah buka lebih dari setengah abad. Saat ini yang berjualan sudah masuk generasi ke-2. "Ya anak-anak yang meneruskan, dibantu juga sama saudara dan beberapa pekerja dari daerah sini," jelas Abdul Kholiq.
Di sini ada pula menu lainnya yang juga khas Pekalongan, yaitu Nasi Megono, Petis Cumi, Telur Pindang, serta Oseng Pete Tomat.
Selamat mencicipi, goyang lidah Anda dan keluarga ...
Teguh Joko Sutrisno | Pekalongan, Jawa Tengah