Petirtaan adalah tempat pemandian suci yang sering digunakan oleh kalangan istana kerajaan. Petirtaan digunakan untuk menyucikan diri sebelum bersembahyang di Candi. Demikian pula Petirtaan Derekan ini, yang konon dulu digunakan untuk bersuci sebelum ke Candi Ngempon. Dua kilometer saya tempuh dari pertigaan Pasar Karangjati, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Namun belum terlihat tanda petunjuk menuju ke sumber air panas Derekan. Di warung rokok saya mampir sebentar untuk bertanya. Kata yang punya warung, seharusnya saya masuk lewat Pasar Harjosari, beberapa kilo setelah Pasar Karangjati. Lebih mudah kalau naik mobil. Tapi kemudian dia menyarankan, daripada muter jauh, mending lewat gang Candi Ngempon saja. Tapi nanti parkirnya di kampung, lalu dilanjutkan jalan kaki. Saya ikuti sarannya. Gang ke Candi Ngempon hanya beberapa meter dari tempat saya bertanya tadi. Awalnya agak lebar, tapi menjelang sampai Candi Ngempon jalurnya sempit. Rupanya ini jalur untuk sepeda motor.
Petirtaan Derekan berada di Pringapus, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Sebenarnya jalurnya menuju Petirtaan Derekan sama dengan jalur menuju Candi Ngempon. Bisa melalui jalur dari Pasar Merakmati (Lemahireng) Bawen. Keuntungan lewat jalur Merakmati ini parkir motor bisa sampai di area petirtaan. Sementara bila lewat jalur Candi Ngempon, parkir motor berada di area parkir yang lumayan jauh.
Saya parkir di dekat rumah penduduk, lalu jalan kaki menuruni jalan setapak. Seratus meter jalan saya sudah sampai di lembah kecil.
[caption id="attachment_348583" align="alignnone" width="900"]
Ngempon berasal dari kata Empon yang dasar mula kata adalah Empu. Di sinilah lokasi berkumpulnya para Empu. Itulah mengapa, kawasan candi ini disebut Empon, Pangempon atau Pangempuan. Di sinilah para Empu memahamkan pengetahuan hingga akhirnya diwisuda atau ditahbiskan.
Candi Ngempon adalah kompleks candi yang berisi sembilan bangunan. Saat ditemukan oleh seorang petani pada tahun 1952, kondisinya berupa reruntuhan yang tertimbun tanah. Lalu, Dinas Purbakala secara bertahap merekonstruksi candi, sehingga pada saat ini ada 4 candi yang berhasil dipugar secara utuh. Sedangkan 5 lainnya masih berupa reruntuhan batu.
"Ada satu candi utama yang berada di tengah, ukurannya lebih besar, sedangkan yang ada di sekitarnya itu candi perwara atau pendamping," lanjutnya sambil menunjuk ke arah candi.
Ia menambahkan, kompleks Candi Ngempon merupakan satu kesatuan dengan sumber air panas atau Pentirtaan Derekan di seberang sungai. Kemungkinan, sumber air panas itu dulu tempat istirahat atau transit para empu sebelum digembleng di kawasan Candi.
Ada beberapa sumber air, ada yang panas ada yang dingin. Sampai sekarang masih dipakai untuk kungkum atau berendam. Ada yang kungkum biasa untuk menyegarkan badan, ada juga yang berupaya mengobati penyakit kulit karena air panasnya mengandung mineral belerang yang diyakini bisa menyembuhkan.
"Pada saat tertentu ada juga yang kungkum di sini untuk tujuan yang mereka yakini. Seperti mencari wangsit atau sedang menjalani semacam laku," cerita Paryanto.
Dari Candi Ngempon saya menyeberang jembatan besi dan sampai di sumber air panas Derekan. Ada beberapa orang yang sedang berendam. Rata-rata untuk berobat penyakit kulit. Kolam pria dan perempuan terpisah tembok. Kolamnya berair bening tapi sedikit putih dan ada warna kekuningan di bebatuan pinggirnya.
"Pada saat pertama dulu sumber air panas ini ada di tengah sawah, lalu tahun 2009 itu dibuat bangunan peneduh yang sekarang ini. Kemudian kalau warna kolam kuning itu karena pengaruh belerang, warnanya kan memang begitu," kata salah satu penjaga sambil menyodorkan karcis masuk ke saya. Gak mahal, setara beberapa gorengan lah. Kata penjaga ini untuk dana perawatan situs air panas.
[caption id="attachment_348582" align="alignnone" width="900"]