Dampak pandemi corona telah memukul berbagai sektor usaha di dunia. Kondisi ini juga dialami seorang pebisnis Indonesia di Jepang hingga terpaksa banting setir jadi pesulap.
David John, seorang diaspora Indonesia, harus kehilangan bisnis pariwisatanya yang dirintisnya selama bertahun-tahun di Tokyo, Jepang gara-gara pandemi corona.
Beruntung laki-laki kelahiran Jambi ini punya keahlian lain, yaitu sulap. Ia pun banting setir menjadi pesulap yang dibawakan secara virtual ke seluruh dunia.
Dari rumahnya di Tokyo, David John menghibur para klien dengan berbagai trik, dibalut komedi ke seluruh dunia.
"Pagi saya bisa perform untuk keluarga di Paraguay, dua jam kemudian perform untuk satu keluarga di Brasil, kemudian sorenya bisa ke Amerika," ujarnya.
Lewat aplikasi konferensi video, para penonton dari segala usia diajak berinteraksi. Dan pada akhir sesi yang berlangsung satu jam, peserta diajari trik sederhana.
Kareen Gunawan, seorang diaspora Indonesia di Singapura, dan anaknya yang berusia 10 tahun sangat menikmati atraksi John.
"Pengalamannya memang menyenangkan ya, bukan cuma entertaining tapi juga ada sesuatu yang dipelajari. Dan sesudah itu bisa dipraktikkan," kata Kareen Gunawan, penonton di Singapura.
Tak hanya menghibur keluarga atau anak-anak, David juga sering diminta perusahaan-perusahaan besar, termasuk Google dan Alibaba, untuk menghibur para karyawannya.
"Karena sekarang para karyawan bekerja dari rumah dan mereka ingin menjaga kesehatan mental, supaya semua masih tetap bisa bekerja dengan kesehatan mental yang bagus. Buat mereka itu sesuatu yang penting," kata David lagi.
Anjlok dalam Semalam
Menjadi pesulap global penuh waktu tak pernah terbayangkan oleh David yang sudah tinggal di Jepang selama 20 tahun ini.
Setelah meninggalkan dunia teknologi informasi beberapa tahun lalu, dia kemudian merintis bisnis pariwisata di Tokyo. Ayah satu anak ini menyediakan layanan tur keliling Jepang kepada turis internasional, banyak diantaranya dari Indonesia.
Dia juga pernah membuat program televisi "Kokoro NoTomo" yang menampilkan kebudayaan Jepang di sebuah stasiun TV swasta di Indonesia.
Selama 12 tahun lebih, sulap hanya jadi pekerjaan sampingan di akhir pekan. Tapi semua berubah ketika pandemi Covid-19 melanda Jepang,
"Bisnis pariwisata itu bener-bener anjlok hampir dalam semalam semua hilang. Dan sekarang apa yang kita lakukan sebagai
entertainer. Saya beruntung ya saya (bersyukur) kepada Yang Maha Kuasa saya punya skill lain yang bisa saya pakai untuk berkarir," lanjut David.
Sejak April, David telah menggelar lebih dari 70 pertunjukan sulap secara virtual. Pria berusia 43 tahun ini mempromosikan pertunjukannnya lewat platform Airbnb dan memasang harga mulai dari 12 dollar atau setara Rp173 ribu per orang.
Tapi seiring dengan meningkatnya popularitas
online experience, semakin besar pula persaingannya.
Kini ada puluhan pesulap yang menawarkan pengalaman virtual lewat platform yang sama. Karena itu, David yang mahir berbahasa Indonesia, Inggris dan Jepang, menawarkan sesuatu yang berbeda.
"Saya menggabungkan dua unsur ini
magic and tourism. Dalam performance saya itu juga jadi alasan kenapa saya menggunakan baju khas Jepang, karena inilah yang bisa membedakan saya dengan pesulap lain," katanya.
Untuk saat ini, David membawa unsur pariwisata ke dalam pertunjukan sulapnya. Tapi ia berharap dapat kembali membawa trik sulap ke bisnis pariwisatanya untuk menghibur para turis saat Jepang sudah pulih dari pandemi corona.
VOA Indonesia