Longsor mengakibatkan 9 rumah warga rusak berat di Palopo, Sulawesi Selatan. Longsor dipicu oleh hujan intensitas tinggi dan struktur tanah labil. Selain merusak rumah warga Kelurahan Battangbarat, Kecamatan Wara Barat, Palopo, Sulawesi Selatan, longsor juga mengakibatkan akses jalan yang menghubungkan Palopo-Tanah Toraja. BPBD Palopo melaporkan longsor tidak mengakibatkan korban jiwa. Insiden longsor serupa terjadi di wilayah yang sama seminggu yang lalu. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati mengatakan, Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Kota Palopo melakukan evakuasi terhadap warga terdampak. Tim yang berada di lapangan melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk penanganan darurat di wilayah itu. “Kota Palopo merupakan wilayah dengan tingkat risiko sedang hingga tinggi untuk bahaya tanah longsor. Luas wilayah dengan tingkat kerentanan sedang seluas 5.272 hektar, sedangkan tinggi mencapai 11.994 hektar. Jumlah potensi populasi terpapar akibat bahaya tanah longsor mencapai 5.243 jiwa,” ujarnya, dalam keterangan tertulis, Sabtu (27/6/2020). Raditya menambahkan, masyarakat setempat diharapkan mampu mengidentifikasi potensi ancaman bahaya di sekitar. Pada kondisi hujan dengan intensitas tinggi dan berdurasi lama dapat memicu longsor yang terjadi pada Jumat (26/6/2020). “Ini merupakan salah satu bentuk kesiapsiagaan berbasis komunitas menghadapi bahaya longsor atau gerakan tanah. Di samping itu, kemampuan untuk menganalisis intensitas dan durasi hujan dapat menjadi peringatan dini masyarakat. Indonesia sendiri telah memiliki Landslide Early Warning System namun belum semua wilayah terpasang sistem ini,” katanya. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMG) mengeluarkan peta zona kerentanan gerakan tanah Juni 2020, yang menunjukkan bahwa Kota Palopo termasuk berpotensi menengah hingga tinggi. https://twitter.com/aw3126/status/1276700923478241281 Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah menduga musibah tanah longsor di Kelurahan Battang Barat, Kecamatan Wara Barat, Kota Palopo, disebabkan alih fungsi lahan. "Mungkin salah satu penyebab, dugaan sementara, ada alih fungsi lahan di atas ditambah curah hujan yang tinggi," kata Nurdin, Sabtu (27/6/2020), seperti dikutip dari Antara. Dijelaskan, sebelum terjadinya bencana tersebut, pihaknya sudah melakukan peninjauan di daerah itu, bahkan telah mengimbau warga untuk tidak bermukim di wilayah setempat karena rawan terjadinya tanah longsor. "Sebenarnya kami sudah tinjau beberapa minggu lalu. Kita sudah lihat dan memang pada saat itu sudah sampaikan ke masyarakat untuk tidak lagi bermukim di sana," ujarnya. Menurut Nurdin, jalan yang mengalami kerusakan itu berstatus jalan nasional, sehingga menjadi kewenangan Pemerintah Pusat. Kendati demikian, akses tidak akan terganggu karena Pemerintah Provinsi sudah membuka jalur baru di wilayah Rantepao-Bua. "Untungnya, kita sudah buka jalur baru Rantepao-Bua, itu lebih dekat, medannya pun tidak terlalu ekstrem," pungkasnya. (*) BNPB | Antara
Longsor Kota Palopo, 9 Rumah Rusak Berat
Sabtu, 27 Juni 2020 - 16:38 WIB
Baca Juga :