Problem Islamophobia dan Solusinya di Eropa

Problem Islamophobia dan Solusinya di Eropa (Foto theguardian.com) (Foto : )

https://www.dewereldmorgen.be/ : Islamofobie als laatste strohalm voor het eurocentrisch denken[/caption]Dalam retrospeksi, perlu dibedakan pula antara muslim ekstrimis dan muslim arus utama (mainstream Muslims). Teroris muslim tidak hanya menjadi ancaman terhadap pihak nonmuslim tetapi juga terhadap komunitas muslim sendiri. Bahkan korban serangan teror justru jauh lebih banyak berjatuhan di pihak muslim dari pada non-muslim. Di samping itu, muslim ekstrimis tidak mewakili mayoritas umat Islam yang tegas mengutuk tindakan teror mereka.Baik dalam Islam maupun Kristen, Yahudi, Hindu dan Budha terdapat elemen ultra-konservatif dan fundamentalis yang mempertontonkan sikap eksklusif, tidak hanya terhadap agama lain tetapi juga kepada penganut agamanya sendiri yang memiliki pandangan yang berbeda.Ke depan, saya menduga trend Islamophobia akan tetap kuat di Uni Eropa, khususnya karena partai-partai populis sayap kanan makin maju di benua ini. Mereka meraup lebih banyak suara pemilih dari 10,6% pada 1980 menjadi 18,4 % pada 2017. Partai-partai sayap kanan terus memainkan politik identitas dan memanfaatkan "ketakutan" (fear). Menjadikan Islam dan muslim sebagai sasaran tembak sangat menguntungkan posisi mereka. Karena itu, Islamophobia tampaknya akan terus bergaung khususnya menjelang pemilu.[caption id="attachment_333439" align="aligncenter" width="900"] Pembakaran Al-Qur’an di Denmark oleh Partai Sayap Kanan Stram Kurs, April 2019 (Foto Istimewa)[/caption]Satu hal lain yang menarik, banyak politisi sayap kanan di Eropa yang begitu membenci Islam dan kemudian memutuskan untuk mengkaji AlQur'an demi mencari dan mengekspos kelemahan Islam. Tetapi ternyata mereka justru mendapatkan hidayah dan kemudian memeluk Islam. Hal ini terjadi pada beberapa politisi anti-Islam seperti Arthur Wagner dari Alternative für Deutschland (Jerman), Arnoux van Doorn dari Dutch Freedom Party (Belanda) dan Maxene Buttey dari Front National (Perancis).

Solusi

Muslim di Eropa cukup besar jumlahnya dan karena itu harus benar-benar masuk ke dalam arus utama masyarakat (mainstream) dan tidak berada di pinggiran saja (periphery). Mereka seharusnya menjadi profesional dan pengusaha muslim yang berhasil dan dihormati orang. Di samping itu, muslim di Eropa harus lebih baik mengorganisir diri untuk memperjuangkan hak-hak mereka. Perlu dibangun hubungan dan pemahaman yang lebih baik dengan media, parlemen, pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan lainnya.Di samping itu, muslim Eropa perlu bersama-sama menolak ekstrimisme dan terorisme. Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dan negara-negara anggotanya perlu mendekati masyarakat muslim di Eropa untuk tujuan ini.Muslim Eropa wajib hukumnya menempuh cara-cara dan prosedur demokrasi jika menginginkan perubahan atau jika ingin memperjuangkan tujuan politik mereka. Dengan kata lain, haram hukumnya menempuh cara-cara ekstrim dan kekerasan.[caption id="attachment_333440" align="aligncenter" width="900"] Indonesian Interfaith Scholarship, Agustus 2019 saat kunjungan dan dialog ke salah satu Pesantren di Pandaran, Yogyakarta (Foto Istimewa)[/caption]Dalam hubungan ini, OKI dapat membantu negaranegara Eropa untuk mengkomunikasikan pesan-pesan pemerintah kepada masyarakat muslim. Dan sebaliknya, OKI dapat pula mengkomunikasikan aspirasi komunitas muslim Eropa pada pemerintah negara-negara Uni Eropa.