Menanggapi berita negatif tentang dirinya di media sosial, Direktur TVRI yang baru, Iman Brotoseno memberikan klarifikasinya. Direktur utama LPP TVRI ( PAW ) 2020 – 2022, Iman Brotoseno, belakangan jadi perbincangan. Setelah beredar cuitan akun lamanya, yang kembali di unggah oleh pengguna Twitter.Dalam chat di akun Twitternya, @imanbr, ada chat balasan dari akun @BStolenberg atas cuitan lamanya tanggal 21 November 2013, cuitan lama itu tertulis: “Akhirnya kita menemukan bagaimana cara mempersatukan negeri. Ya dengan Bokep”.“Adakan nobar bokep mamank, amjins biar mantavvvvvvvvv eue seluruh negri”, tulis akun @BStolenberg.https://twitter.com/BStolenberg/status/1265957495631052801Cuitan lama ini, menjadi perbincangan publik. Namun tidak sampai di situ saja, isu dan berita terus berkembang.Salah satunya dari pernyataan Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid (HNW), hari ini Jum'at (29/5/2020) yang menilai penetapan Iman Brotoseno menjadi Direktur Utama (Dirut) TVRI tidak sesuai dengan TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 Tahun 2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.Sebab, sebut HNW, Iman pernah menjadi kontributor majalah Playboy Indonesia.Walau dalam satu kesempatan Iman kemudian menjelaskan satu kali keterlibatannya di majalah itu soal artikel pariwisata.Agar tidak terjadi kesalahpahaman berlarut, Iman Brotoseno memberikan klarifikasi melalui rilisnya berikut ini:Iman mengawalinya dengan menceritakan latar belakang siapa dirinya. "Latar belakang saya adalah seorang pekerja seni – sutradara film, penulis, fotografer yang mungkin mempunyai cara pandang bersikap yang bisa dianggap berbeda bagi sebagian orang. Banyak tulisan tulisan saya di blog pribadi atau majalah yang bisa menunjukan siapa saya. Mulai dari topik kebangsaan, sejarah, alam, fotografi, masalah aktual ( current issue ), politik, budaya juga agama Islam.” "Dalam tahun 2006 – 2008 saya sering menjadi kontributor foto dan artikel tentang penyelaman di berbagai majalah, termasuk salah satunya pernah dimuat hanya satu kali, di majalah Playboy Indonesia, edisi September 2006 dengan judul “ Menyelam di Pulau Banda “. Tulisan ini fokus mengulas wisata bahari dan sama sekali tidak ada unsur pornografi." "Majalah tersebut, sangat berbeda dengan versi di luar negeri. Banyak penulis juga mengisi majalah tersebut dan banyak tokoh nasional juga yang diwawancara di Playboy Indonesia. Tentunya hal ini tidak menghilangkan integritas penulis dan tokoh yang bersangkutan, karena substansinya tidak terkait pornografi." "Bahkan sikap Dewan Pers ketika itu menilai terhadap putusan MA yang memvonis Erwin Arnada sebagai Pemred majalah Playboy Indonesia pada tahun 2010. Dewan Pers, secara tegas menolak menyebutkan majalah Playboy Indonesia melanggar pasal pornografi. Bahkan Dewan Pers menilai, putusan tersebut merupakan bentuk kriminalisasi pers."
Riuh Narasi Negatif di Media Sosial Tentang Dirinya, Direktur TVRI Berikan Klarifikasi
Jumat, 29 Mei 2020 - 16:32 WIB
Baca Juga :