Lulusan Sekolah Teknik Tinggi di Heckelenburg, Jerman tahun 1927 tersebut justru memilih untuk melanjutkan kiprahnya sebagai Ketua Umum PSSI.Karena kecintaan pada sepak bola, Soeratin yang memiliki semangat nasionalisme yang tinggi, akhirnya bertaruh untuk memutuskan berhenti bekerja dari perusahaan konstruksi Belanda, Sizten en Lausada yang berlokasi di Yogjakarta.Padahal gajinya di perusahaan itu lumayan besar dan memantapkan posisinya sebagai kaum priayi, sebuah sebutan yang sangat tinggi di kalangan masyarakat umum di Yogjakarta.Ini membuktikan kecintaan Ir. Soeratin Sosrosoegonda kepada PSSI dan perjuangannya untuk bangsa Indonesia dalam menggalang nasionalisme melalui sepakbola lebih besar dari pada kecintaannya kepada materi, kekayaan dan status priyayi.[caption id="attachment_309985" align="alignnone" width="900"] PSSI didirikan oleh Ir. Soeratin Sosrosoegondo pada tanggal 19 April 1930 dengan tujuan utama sebagai alat pemersatu bangsa Indonesia. Hari Minggu 19 April 2020 bertepatan dengan Hari Ulang Tahun PSSI ke-90. (Foto : PSSI)[/caption] PSSI dan Timnas Indonesia di Kenal Dunia di Piala Dunia 1938 Hanya satu yang jadi tujuan bagi Soeratin, yakni agar Nusantara melalui sepak bola tak menjadi pecundang di antara sejumlah negara besar di dunia. Pilihan itu tepat, karena pada akhirnya Nusantara mampu berbicara di tingkat dunia, melalui keikut sertaannya di Piala Dunia 1938 di Perancis.Sejumlah negara seperti Jepang, China, Hongkong, hingga dataran Korea pun bertekuk lutut oleh talenta Indonesia yang waktu itu masih memakai nama East Indies. Nusantara kemudian dapat unjuk gigi di pentas dunia, karena mampu menjadi pionir bagi Asia untuk mengenal sepak bola.Pada 1940, Soeratin pindah ke kampung halamannya di Bandung dan jabatannya sebagai Ketua PSSI diambil alih oleh Artono Martosoewignyo. Ketika itu, kehidupan Soeratin menjadi serba sulit. Rumahnya sempat diobrak-abrik tentara Belanda, karena aktif dalam Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang dianggap musuh oleh Belanda.Pengabdian Soeratin bagi bangsa pun masih besar di hari tuanya. Dirinya menyanggupi permintaan Ir. Djoeanda untuk memimpin Djawatan Kereta Api (DKA) pada 1949. Akan tetapi, dengan tubuh yang semakin renta, pekerjaan itu sedikit berat. Apalagi, ketika itu perjuangan fisik melawan Belanda terus terjadi. Akhir Hayat Ir. Soeratin Sosroseogondo Kisah hidup pendiri sekaligus Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI) pertama itu memang penuh keprihatinan. Dirinya harus rela hidup dalam kesulitan ekonomi hingga akhir hayat. Setelah sekian lama sakit dan tidak mampu menebus obat, Soeratin hanya bisa menelan ludah bulat-bulat.Soeratin memilih untuk hidup tenang di sisa umurnya dan meninggal dunia pada 1 Desember 1959 pada usia 60 tahun. Soeratin meninggal dunia dalam kemiskinan dan saat ajal menjemput, tidak ada yang dia tinggalkan, kecuali organisasi yang sangat dicintai, yakni PSSI. Organisasi besar yang menjadi media perjuangan bangsa.[caption id="attachment_310054" align="alignnone" width="1276"]