Pandemi covid-19 turut berimbas kepada ratusan monyet di tempat wisata Goa Kreo, Kota Semarang, Jawa Tengah. Kini, tak ada lagi oleh-oleh makanan yang diberikan para pengunjung kepada kawanan monyet.
Pariwisata menjadi salah satu bagian yang kena dampak cukup berat akibat wabah covid-19. Banyak obyek wisata yang ditutup sebagai upaya untuk mencegah penyebaran wabah.
Imbas ini tak hanya dirasakan warga yang menggantungkan roda ekonomi dari pariwisata. Tapi rupanya ratusan monyet pun merasakan imbasnya di tempat wisata Goa Kreo, Kota Semarang, Jawa Tengah.
[caption id="attachment_307732" align="alignnone" width="900"] Tempat wisata Goa Kreo. Kota Semarang. (ANTV/Teguh Joko Sutrisno).[/caption]
Selain mencari makan di hutan, monyet-monyet secara turun temurun menghuni hutan di sekitar Goa Kreo, bergerombol, rutin naik ke area wisata dan tempat parkir kendaraan untuk meminta makanan dari para pengunjung.
Pasca ditutupnya Goa Kreo akibat pandemi covid-19, praktis tak ada wisatawan yang datang. Akibatnya, monyet-monyet tersebut, kini, tidak dapat jatah "suplemen" dari kebaikan wisatawan.
[caption id="attachment_307733" align="alignnone" width="450"] (ANTV/Teguh Joko Sutrisno).[/caption]
Menurut Kepala UPTD Obyek Wisata Goa Kreo dan Agrowisata Mamit Sumitra, penutupan Goa Kreo sudah dimulai sejak Senin (23/3/2020) lalu.
"Praktis sejak penutupan tak ada pengunjung yang boleh masuk, meski sebelum ditutup memang sudah jarang sekali wisatawan yang datang ke sini karena takut dengan wabah covid-19," jelasnya.
Kekhawatiran pun muncul jika makanan habis. Kawanan monyet akan menyerbu kawasan pemukiman penduduk seperti yang pernah terjadi saat musim kemarau panjang. Sumber makanan di hutan jumlahnya sangat terbatas. Apalagi sebagian hutan sudah jauh berkurang karena dipakai untuk waduk Jatibarang.
[caption id="attachment_307734" align="alignnone" width="450"] (ANTV/Teguh Joko Sutrisno).[/caption]
Pengelola kawasan wisata Goa Kreo pun memaksimalkan pemberian jatah bagi ratusan monyet. Kalau tidak, ratusan kera bisa menyerbu perkampungan penduduk untuk mencari makan.
"Salah satu tujuan pemberian pakan untuk monyet adalah untuk melokalisir mereka. Kita anggarkan, sebagai langkah untuk pengendalian agar monyet tidak masuk kampung untuk mencari makan," tambahnya.
[caption id="attachment_307735" align="alignnone" width="450"] (ANTV/Teguh Joko Sutrisno).[/caption]
Sifat monyet itu, lanjutnya, tidak ada kenyangnya. Berapapun makanan diberikan akan habis dimakan. Dalam kondisi pandemi covid-19 ini, mau tak mau jatah pakan harus ditambah.
"Kalau biasanya ada tambahan suplemen dari wisatawan yang suka kasih makan, sekarang kan tidak, maka jatahnya kita tambah. Dari sehari dua kali, sekarang harus tiga kali (sehari) dalam bentuk jagung atau umbi-umbian. Tapi namanya monyet ini seperti tak ada kenyangnya," tuturnya.
Mamit dan petugas di Goa Kreo, kini terus memantau perilaku monyet-monyet tersebut karena ada sekelompok monyet yang kalah bersaing dengan kelompok monyet lainnya, sesekali sudah terlihat di pinggir pemukiman.
"Untuk saat ini monyet yang terlihat berada di tepi kampung bisa diusir oleh warga," tuntasnya.
[caption id="attachment_307737" align="alignnone" width="450"] (ANTV/Teguh Joko Sutrisno).[/caption]
Kini monyet-monyet pun harus rela makan seadanya. Biji-bijian di hutan atau jatah dari pengelola Goa Kreo berupa jagung atau ketela. Tak ada lagi kacang, roti, apel, pisang, atau “oleh-oleh” yang diberikan oleh pengunjung.
Jadi, tak hanya manusia yang kini harus melakukan gerakan #dirumahsaja, monyet-monyet pun kini harus dipantau agar tetap #dihutansaja.
(Teguh Joko Sutrisno)