Inspiratif saat #DiRumahAja, Ibu-Ibu di Kelurahan Krobokan Kota Semarang yang mulai jenuh di rumah saja dan bingung mau ngapain lagi, melakukan hal yang patut dijadikan contoh bagaimana mengisi waktu di rumah saja dengan berkreasi bersama keluarga.
Salah satunya adalah Yudha Kurniasari, ibu rumah tangga yang tinggal di kampung Krobokan punya cara jitu sehingga berada di rumah saja jadi tidak membosankan. Malah menghasilkan tambahan pendapatan.
Sampah plastik modalnya. Ika yang mengelola 'Bank Sampah Resik Becik' ini, bersama bersama warga lainnya senang mengumpulkan sampah plastik rumah tangga. Bahan inilah yang kemudian dibersihkan, lalu dibuat beraneka macam kerajinan daur ulang.
"Ibu-ibu di kampung ini kan tiap hari pasti punya sampah plastik dari bahan makanan yang dibeli, daripada dibuang dan mencemari lingkungan mending dimanfaatkan untuk kerajinan," kata Ika.
Wabah corona yang membuat orang dihimbau berada di rumah saja, memberi waktu lebih luang bagi Ika untuk berkreasi sekaligus mengajarkan cara membuat kerajinan daur ulang kepada anak-anaknya. Maklum, anak-anak juga "libur" panjang sehingga butuh sesuatu untuk mengisi waktu.
"Iya, anak-anak kasihan juga kalau berada di rumah terus. Belajar juga sih, tapi kan lama-lama jenuh, jadi kita ajarin kreatif membuat kerajinan daur ulang dari bungkus plastik," tambahnya.
Sampah plastik seperti bungkus mi instant, bungkus kopi, botol minuman, tas plastik, hingga kain perca sisa penjahit, diolah dan dirangkai begitu rupa menjadi taplak meja, tas belanjaan, hiasan meja, bunga plastik, dan lain-lain.
"Imbas corona memang memberi waktu lebih, namun social distancing punya pengaruh juga pada stok bank sampah, karena banyak yang ngendon di rumah. Maka ibu-ibu pun kita giatkan bikin rumah masing-masing," jelasnya.
Nah, situasi saat ini juga memberi ide bagi Ika dan warga lainnya untuk ikut membantu dengan cara mereka. Bahan kain sisa penjahit pun diolah dan dibuat menjadi masker. Mereka bekerja sama dengan penjahit yang biasa menitipkan bahan kain sisa. Hasilnya cukup lumayan. Sehari ia bisa membuat ratusan masker kain.
Kreasinya ia informasikan lewat media sosial. Tak terduga, banyak yang tertarik memesan untuk donasi. Jadi pemesannya membeli sekaligus dibagi dan minta tolong untuk dibagikan kepada yang membutuhkan. Tentu kita himbau untuk dicuci bersih jadi aman dipakai.
"Jadi akhirnya kita pakai sistem donasi, mereka beli dan langsung minta didistribusikan. Ganti ongkos saja 2.500 rupiah per masker standar. Alhamdulillah, kita bisa ikut membantu menekan persebaran corona dengan bikin masker dari kain sisa," tuntasnya.
Teguh Joko Sutrisno | Semarang, Jawa Tengah