Manusia akan bangga kalau disebut-sebut sebagai seorang pemberani. Bahkan segala daya upaya dilakukan untuk menyembunyikan apa yang disebut sebagai Takut atau Ketakutan. Pernahkah Anda menjadi seseorang yang apa adanya? Kalau berani ya tidak takut-takut, dan kalau takut ya tidak sok berani.Apa jadinya jika keberanian Anda setengah-setengah? Anda tentu mencari pegangan atau naungan yang dipercaya mampu memberanikan Anda, mampu menguatkan, mampu melindungi Anda. Apapun itu, bisa berwujud (jimat), atau tidan berwujud (doa) atau entitas Entahlah pokoknya Hyang Maha segalanya.Bagaimana kenyataannya?Ternyata manusia sangat dipermainkan ilusi pikirannya. Ya! Semua ada pada pikiran. Pikiran meloncat-loncat, berjingkrak, menari dan mabuk kepayang hingga terbayang ini maupun itu.Apa yang muncul? Munculnya kemudian ada dua bayang-bayang. Pertama adalah kecemasan, kekhawatiran, ketakutan dan semua bayangan mengerikan yang membuat ciut nyali. Kedua adalah keberanian, percaya diri, optimisme, cinta kasih dan realita tunggal muara kehidupan yang sama: Harmoni.Contoh sederhananya begini: kalau dalam pikiran Anda kuburan tua adalah tempat yang wingit dan menakutkan, maka anda secara utuh akan takut berada di tempat itu sendirian.Kalau terpaksa atau memaksakan diri Anda berada di tempat itu, Anda akan mencari "Sang Pelindung" , entah doa-doa, jimat atau Tuhan, atau apapun yang menurut Anda mampu membuat diri gagah berani.Namun, Anda tetap saja didera ketakutan yang amat sangat! Tidak bisa Anda pungkiri! Demikian pula sebaliknya. Sehingga pepatah kuno yang mengatakan "Kalau Berani Jangan Takut-takut, Kalau Takut Jangan Sok Berani" jadikan pegangan setiap saat sebagai bahan introspeksi diri.Biar gak jantungan!https://www.instagram.com/p/B-eLZMAHNQe/?igshid=1g1j6s1stb4ca
Kalau Berani Jangan Takut-takut, Kalau Takut Jangan Sok Berani
Kamis, 2 April 2020 - 16:04 WIB