Setelah mendengar penjelasan dari Sang Marbot Langit, rakyat kampung Kenyot spontan bersyukur, wuasyuuu … Mengapa? Begini ceritanya,Kabar beredar semarak gegap gempita. Kabar langit telah tiba. Marbot Langit turun dari pertapaannya di pusat gempa, Epicentrum. Rakyat kampung Kenyot hingar binger. Berbinar kala mendapat info kalau sapi betina dari Megelanq lebih lincah semangat, sangat bohay sehat, juga menghasilkan banyak susu karena teteknya montok, dan putingnya pas segenggaman.Pasar di ngarai Embut penuh sesak. Rakyat beramai-ramai membeli, berinvestasi. Sapi betina dari Megelanq.
Megelanq adalah daerah subur di lembah Sapto Argo. Tujuh Gunung Api. Tujuh gunung itu adalah Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Sumbing, Gunung Sindoro, Gunung Telomoyo, Gunung Prahu dan Gunung Andong. Penuh mistik dan misteri. Hari pasaran silih berganti. Saat musim kawin pun tiba. Lapangan kampung disulap jadi ajang hajat kawinan sapi. Semua rakyat berharap sapi-sapi betina mereka akan berbiak hingga bisa menaikkan pendapatan mereka dari penjualan susu kualitas tinggi.
Kualitas susu sapi dari kampong Kenyot sudah kondang di seantero negeri. Cita rasanya berbeda dari susu sapi daerah lain. Legit dan ada sejumput madu tawon vespa jika dicecap. Biasa dicari para pria yang punya masalah kejantanan, atau wanita yang ingin lebih awet muda. Juga jadi buruan para praktisi pijat. Siang itu matahari bersinar cerah, kadar teriknya setengah hangat. Cuaca yang pas untuk kawin, manusia maupun sapi. Berbondong-bondong rakyat membawa sapi-sapi betina itu ke lapangan. Di sana seekor sapi jantan sudah menunggu. Sapi ini milik Sang Marbot Langit, Mbah Sastro.Doa-doa dipanjatkan kiai, pastor dan pandita. Sementara di ujung sana kepul asap dupa, kemenyan, gaharu maupun cendara semerbak mewangi. Mbah Sastro sembahyang pada semesta. Semoga sapi jantan miliknya mampu mengimpoi dengan gagah berani sapi-sapi betina itu. Usai sembahyang, Marbot Langit ini pulang ke Rumah Bacot. Work From Home!