Jamaah Tabligh, Siapa Mereka?

Jamaah Tabligh, Siapa Mereka? (Foto : )

Jamaah Tabligh. Gerakan ini hanya sedang tidak beruntung saja. Mereka popular dalam kaitannya dengan pandemi Corona. Sungguh disayangkan. Jangan salah sangka pada mereka. Siapakah mereka? Mereka adalah "peace loving Muslim", pecinta damai, bukan ancaman.  Gerakan ini mengajarkan kesederhanaan pemahaman tentang Islam. Alhasil, banyak umat Islam tertarik untuk ikut. Penting dalam gerakan ini adalah salat jamaah di masjid. Masjid menjadi pusat gerakan. Misi mereka memang memakmurkan masjid. Mereka mengembangkan pemahaman Islam yang sederhana, tak mau terlibat dalam perdebatan mazhab. Literatur pokok yang mereka baca adalah, misalnya, Riyadus Salihin, kitab kumpulan hadis karya Imam Nawawi (1277). Gerakan Jamaah Tabligh bisa kita sebut sebagai gerakan Islam tradisional. Tradisional di sini berbeda dengan Nahdlatul ‘Ulama. Tradisional yang dimaksud adalah mengikuti sunnah Nabi dan dua generasi sesudahnya. Namun mereka juga berbeda dengan gerakan Salafi. Gerakan ini mencoba tampil inklusif, menerima keanggotaan dari kalangan Islam apa saja, dari mazhab apa saja, sekte apapun, dan mereka menghindari mendirikan mazhab baru. Gerakan Jamaah Tabligh menggambarkan model masyarakat Islam dalam menghadapi modernitas. "Quietism". Gerakann ini tidak mau masuk politik, tidak juga terlibat aksi-aksi unjuk rasa, dsb. Mereka bergerak tidak mau kelihatan di permukaan. Mereka cenderung menghindari publikasi media. Quietism, judul buku karya Farish Noor ini menggambarkan ciri pokok gerakan Jamaah Tabligh: Islam on the move; Islam yang terus bergerak, berpindah-pindah. Karena semua anggota dianjurkan (sebetulnya nyaris wajib), untuk "khuruj", keluar, travelling, untuk dakwah (umumnya 40 hari)..

Buku terbaik untuk mengenal gerakan ini adalah "Islam on the Move: The Tablighi Jamaat in South-east Asia" (2012), sebuah penelitian antropologis yang sangat baik, dilakukan oleh sarjana asal Malaysia, Farish A. Noor. Gerakan Jamaah Tabligh adalah satu gerakan dakwah Islam di era modern yang paling sukses dilihat dari cakupannya, jaringannya, dan resiliensinya. Pendekatan mereka lebih pada amar ma'ruf. Dengan amar ma'ruf, yang munkar pelan-pelan tereliminasi. Ini filosofi mereka. Tidak ada sesuatu apapun yang harus dikhawatirkan dari gerakan Jamaah Tabligh. Mereka ini adalah kaum cinta damai, menghindari segala bentuk perbedaan mazhab, tak mau masuk dalam ranah politik. Di mata pendiri gerakan ini, politik adalah sumber pertengkaran dalam Islam. Menjauhi politisasi agama.

Kelompok ini berasal dari India. Cikal bakal gerakan ini muncul melalui sosok bernama Syekh Muhammad Ilyas Al-Kandahlawi (1944). Sudah hadir di Asia Tenggara (termasuk di Indonesia) sejak tahun 1950an. Ambisi gerakan ini adalah hendak menyatukan seluruh umat Islam di dunia, dengan mengesampingkan perbedaan-perbedaan (ikhtilafat) yang berasal dari mazhab fiqh atau aqidah. Mereka hanya mengikuti Qur'an dan sunnah. Gara-gara anggota kelompok ini banyak memakai jubah dan memelihara jenggot, banyak yang mengira Jamaah Tabligh sama dengan kelompok Salafi/Wahabi. Bukan! Disarikan dari cuitan Ulil Abshar-Abdalla pada akun Twitter @ulil