H. Achmad Bakie Memberikan Kata Sambutan Pada Peresmian PT Bakrie Pipe Industries di Bekasi, 1982. Pabrik ini memproduksi 70.000 ton/tahun Pipa Minyak dan Gas (Foto Perpustakaan Bakrie)[/caption]Tapi pada dasarnya kedua orang itu punya human appreciation yang tinggi dan tulus.“Sulit saya bantah itu. Itulah kenapa saya dan istri tak sungkan-sungkan berkunjung ke rumah pak Bakrie di Simpruk, misalnya. Malah urusan-urusan industri pipa dan bisnis lainnya terkadang kami konfirmasikan di Simpruk,” ujarnya mengenang.Ketika Pak Bakrie sudah pensiun pun, Graham tetap rajin mengunjunginya. Apalagi tatkala ia sakit. Graham ingat betul, suatu hari ia harus ke Hong Kong untuk urusan bisnis.Sebelum berangkat ia merasa wajib ke Simpruk dulu. H. Achmad Bakrie waktu itu sudah terbaring. “Lemah. Bicaranya pun telah tak begitu jelas, walaupun sorot matanya terus memancarkan vitalitas,” kenangnya.Graham kemudian ke Hong Kong dengan istri. Tentu saja “Saya mengharap kesembuhan beliau.” Tapi kunjungan ke Simpruk itu rupanya pertemuan terakhir mereka. Begitu dengar berita duka,“Besok paginya saya dan istri bertolak ke Jakarta, bergabung dengan para pengantar keberangkatan almarhum. Padahal urusan di Hong Kong belum tuntas.” Namun mungkin berbeda dengan perasaan orang lain, buat Graham, “Kematian itu is a good thing for him.” Lho? Sebab “Saya saksikan sendiri derita fisiknya.” Dan di balik derita itu rupanya, “Tersimpan beban non-fisik, yang bagi orang sekaliber Pak Bakrie, justru beban itu lebih pedih.” Apa itu? Tak lain dari panggilan hati dan pikirannya untuk terus melakukan sesuatu.Dorongan untuk berbuat apa saja yang berguna buat orang lain. Mungkin untuk perusahaan dan koleganya. Untuk istri dan anak-anaknya. Barangkali juga untuk cucu-cucunya, ungkap Graham terharu.Dugaannya didasarkan pada konfirmasi Bakrie yang mirip “wishes.” “Di pembaringannya, pada pertemuan terakhir tadi, dengan suara berat ia bilang ingin menyaksikan dua hal: kesempurnaan pabrik pipa dan terbitnya matahari tahun 2000.Maka, lewat mata dan komitmen para pelanjutnya, keinginan-keinginan itu toh pada akhirnya barangkali bakal terwujud. “amanat” Bakrie itu tampaknya lebih bermakna simbolik.Pabrik pipa mengungkapkan perlunya pembesaran perhatian di sektor industri, terutama memasuki abad ke 21. Pendapat Graham juga begitu.“Sebab setahu saya, Pak Bakrie memang merindukan lebih berkembangnya perusahaan di tangan para pelanjutnya.” Menurutnya, H. Achmad Bakrie adalah entrepreneur yang modest. la tidak merindukan sesuatu berhasil secara tiba-tiba. la tidak tertarik pada rencana yang muluk-muluk. Tapi pastilah ia “bahagia” jika kemudian terbukti.Kelompok Usaha Bakrie berkembang sebagai perusahaan besar, kuat dan berpengaruh. Bahkan sebelum “Terbitnya matahari tahun 2000” itu. Di situlah Graham melihat semacam titik-titik perbedaan Pak Bakrie dengan Pak Ical.“Sang ayah begitu modest - seperti juga saya.” Pak Ical? “Bagaimana ya! Saya pernah bilang sama dia supaya slow down.” Tapi setiap orang rasional pasti punya alasan yang kuat untuk memiliki suatu sikap, style. Begitu pula dalam menyusun perencanaan, strategi dan sebagainya.Respek orang juga bisa berbeda penyebabnya. Buat almarhum, simpul Graham, sikap modest-nya membuat orang angkat topi. la tak pernah menampakkan, setahu Graham, perilaku-perilaku berusaha bagai orang kesurupan.Segalanya mau dirambah. Semua mau dikangkangi. Ia wajar-wajar saja. Suatu waktu untung besar. Kali lain merugi. Ada pemula ada pelanjut dan ada masa pensiun.H. Achmad Bakrie telah jauh melewati itu semua. la kini berada pada masa yang lebih abadi di sana... Charlie juga luar biasa respek karena beliau self made man. la haus informasi, pemburu knowledge. Itu mungkin sebabnya, di mobilnya selalu ada buku-buku berbahasa Inggris. Ia pencinta sastra dan sejarah.Jujur Graham mengaku, dalam hal-hal seperti itu, “Saya berada di bawah kelasnya.” Well, Achmad Bakrie sudah pergi, dan Ical sekarang adalah “faktor.” Big operations.Ekspansi. Lantas kaum profesional masuk. Ada Tanri Abeng dan kawan-kawan. Terjadi proses transisi dan proses adjusment. Tidak ada problem yang berarti dengan itu semua. Paling -paling memerlukan penyesuaian. Dan itu lazim di dunia bisnis.“Ya, boleh jadi ada masalah-masalah individual. Tapi That’s beyond my knowledge,” ujar Charlie.Yang pasti, katanya lagi, itupun bisa disebut proses alamiah. Jadi don’t worry!. Mengomentari kegiatan-kegiatan sampingan perusahaan seperti pendirian Yayasan Achmad Bakrie, kiprah di dunia olah raga, misalnya, orang Inggris-Australia ini bilang oke.Menurutnya, itu antara lain menunjukkan besarnya kepedulian sosial perusahaan. Ia pun sepakat, kiprah seperti itu akhirnya juga menyandang fungsi public relations.Mau tahu komentarnya tentang dunia bisnis sebagai sumber kepemimpinan, misalnya politik? Oo, “itu benar.” Namun dalam perspektif Bakrie, ia menyarankan “Lebih baik Ical mengkonsentrasikan perhatian ke pengembangan perusahaan.” Soalnya, alasannya, momentum pengembangan sudah ia tangkap.Sayang kalau guliran momentum itu berpindah tangan. Pasti butuh lagi penyesuaian baru. Dan itu bisa mengganggu irama kerja yang sudah ada, walaupun komitmen pada sistem bisa jadi tak goyah, katanya.Tapi kalau ia diminta, “Itulah dilemanya. Terpulang pada kontemplasi bersangkutan untuk menemukan pilihan paling cerdas. Menghadapi situasi-situasi seperti itu.Mendingan ingat banyolan almarhum. Orang marah pun bisa terpingkal-pingkal,” Kunci Charlie mengenang sahabatnya, yang disebutnya “A modest entrepreneur. Sumber: Buku "H. Achmad Bakrie - Sebuah Potret Kerja Keras, Kejujuran, dan Keberhasilan" Syafruddin Pohan, dkk. Cetakan Kedua (e-book), 2011, PT Bakrie & Brothers Tbk, ISBN : 978-602-98628-0-5
HUT Kelompok Usaha Bakrie ke-78, H. Achmad Bakrie Sosok Pengusaha Bersahaja
Jumat, 6 Maret 2020 - 09:00 WIB
Baca Juga :