Vagina punya berbagai aroma. Setiap aroma menandakan kondisi kesehatan tubuh. Penyebab utama perubahan aroma pada vagina adalah perubahan tingkat pH atau ‘asam-basa’ di dalam maupun sekitar area vagina. Penting bagi para perempuan untuk mencermatinya. Vagina memiliki suasana asam dengan pH 3,8-4,2. Lendir normal yang keluar dari vagina adalah yang tak berbau, tidak menimbulkan gatal, dan jumlahnya tidak banyak. Juga, lendir tersebut konsisten, artinya, tidak encer dan tidak kental. Pada area tersebut terdapat laktobasilus atau bakteri baik yang jumlahnya sekitar 95 persen dan jumlah itu harus terjaga. Nah, risiko infeksi akan meningkat jika keseimbangan pH terganggu. Jika sudah demikian makan akan membuat vagina tak terhindar dari aroma. Ada aroma-aroma tertentu dari vagina yang menandakan masalah dalam tubuh. Perubahan aroma inilah yang wajib dipahami perempuan. Faktor-faktor seperti pendarahan vagina, air seni, keringat, dan bahkan stres juga memengaruhi aroma vagina. Ada juga perubahan kecil pada saat menstruasi yang menyebabkan perubahan kadar hormon. Aroma yang muncul biasanya aroma Tembaga karena darah mengandung zat besi. Ini artinya kondisi vagina normal. Namun aroma logam ini juga bisa menandai adanya pendarahan minor (akibat luka gesekan saat berhubungan intim). Jika vagina beraroma Amonia biasanya dipicu akumulasi air seni. Air seni mengandung Urea, yang pada dasarnya merupakan turunan dari Amonia. Jika aroma Amonia terlalu menyengat, maka ini adalah tanda-tanda dehidrasi. Pelumas atau kondom juga mengakibatkan aroma Amonia. Jika aroma vagina cenderung Amis, mengindikasikan adanya vaginosis bakteri, yang disebabkan oleh pertumbuhan berlebih bakteri tak sehat. Kondisi ini mendorong terjadinya ketidakseimbangan dalam tingkat pH vagina. Sebab lain munculnya aroma amis adalah trikomoniasis. Infeksi yang menyerang saluran genitourinari, yaitu saluran reproduksi maupun kemih. Jika aroma amis seperti Ikan, itu tidak normal, ada masalah kesehatan. Ini adalah infeksi menular seksual yang paling umum. Meski demikian dapat disembuhkan. Kondisi ini sering disertai dengan keluarnya cairan berwarna hijau, gatal, dan nyeri saat buang air kecil. Biasanya, penggunaan antibiotik cukup untuk mengobati infeksi semacam ini. Secara tidak langsung, makanan yang kita makan dapat mempengaruhi aroma vagina. Bawang, bawang putih, brokoli, dan asparagus dapat menyebabkan vagina beraroma tidak sedap. Sedangkan buah-buahan seperti jeruk, nanas, dan grapefruit telah dikenal dapat membuat vagina dan cairannya beraroma dan berasa manis. (*)
Aroma Vagina, Amati dan Kenali
Rabu, 26 Februari 2020 - 20:37 WIB
Baca Juga :