HUT Kelompok Usaha Bakrie ke-78, H. Achmad Bakrie Memberikan Kiat Sukses Membina Diri

HUT Kelompok Usaha Bakrie ke-78, H. Achmad Bakrie Memberikan Kiat Sukses Membina Diri (Foto Kolase) (Foto : )

Suatu kali seorang karyawan kecil sebuah bank swasta merasa beruntung bisa diikutsertakan dalam pertemuan dengan seorang nasabah bernama H. Achmad Bakrie, yang di tahun 1954 itu sudah menjadi pengusaha besar. Meminjam idiom orang Medan “awak ini apalah,” si orang kecil tak bisa lain kecuali hanya duduk di belakang pimpinannya mendengar dan mencatat pertemuan siang itu.Malam hari seusai pertemuan itu, disebuah perhelatan, ketika sedang asyik berdansa, seseorang dengan suara khas yang sudah tidak asing di telinganya menyapa: “Lho, ada di sini, wah smaak (selera) kita sama, ya?” dan pecahlah tawa mereka berderai-derai.Sekitar tiga dasawarsa “si anak bawang” menekuni karirnya di dunia perbankan dan di antaranya malah menjadi orang nomor satu di beberapa bank pemerintah.Baru sekitar pertengahan dekade 80-an hingga kini duduk sebagai Presiden Komisaris PT Bakrie & Brothers, milik mantan relasi banknya dulu.“Pada waktu itu saya sudah mempunyai gambaran tentang pergaulan beliau yang begitu supel pada semua lapisan,” ujar Omar Abdalla, dirumahnya di pemukiman elit daerah Kebayoran Baru.Tokoh perbankan nasional kelahiran Kota Lemang, Tebing Tinggi Deli, 66 tahun lalu, ini rupanya mempunyai cara tersendiri untuk menelusuri kiat sukses H. Achmad Bakrie.“Dia bisa minum tetapi dia bukan peminum, bisa bermain segala macam games termasuk kategori judi tetapi jangan lupa dia bukan penjudi. Dia juga bisa segala macam dansa, tetapi bukan pula pedansa, dan dia bisa humor meskipun tidak penah manjadi pelawak,” ucapnya dengan intonasi naik-turun.Selain pergaulan H. Achmad Bakrie bertambah luas, sisi positif adalah mengembangkan intuisi dan naluri bisnisnya. Bermain poker misalnya berlaku kiat dan strategi “Put the money on the table. If you know, catch more.” (menyerang bila tahu pasti bisa memenangkannya).Bisnis, layaknya judi, juga harus siap menerima resiko kalah di antara banyak kemenangan yang diraih. Artinya bila sesekali kalah maka kekalahan itu menjadi pelajaran berharga dan dengan demikian kelemahan pun dapat diperbaiki.Dalam berdansa juga demikian. Bagaimana gendang begitu pula irama tarinya. Paling sulit untuk membaliknya, gendang lain tari pun lain.Itu dapat ditafsirkan bahwa H. Achmad Bakrie bisa mengikuti segala situasi dan keadaan yang menuntut seseorang pandai menata dirinya.Pembawaan H. Achmad Bakrie yang all round, tidak heran kalau semua irama pergaulan bisa dimasukinya.“Saya mengenal beliau tidak hanya sebagai businessman, tetapi juga sebagai orang yang dapat bergaul ke mana-mana, dapat mengambil hati orang.” Suatu kali di tahun 1983, Omar, direktur utama Bank Bumi Daya waktu itu, berlibur bersama H. Achmad Bakrie dan istri.Dalam perjalanan ke Singapura dengan kapal pesiar itu, turut pula suami istri Dokter Rasyad (Prof. Dr. H. Sjahriar Rasad, radiolog pen.).“Kita berkumpul, dia pengusaha, saya bankir dan satunya dokter, karena ada kesamaan hobi bermain bridge,” ujar Omar.Dalam menata keuangannya, H. Achmad Bakrie sangat ketat dan tidak mengeluarkan uang kalau belum jelas keperluannya. Termasuk untuk memberikan bantuan sosial, dia mengerti pada saat apa dan di mana bantuan itu pantas diberikan.“Jangan deh, jangan ke sana (pada Achmad Bakrie). Percuma,” ungkap Omar menirukan ucapan berbagai kalangan yang bermaksud mendatangi H. Achmad Bakrie.Jangankan untuk keperluan yang tidak jelas. Beli arloji saja misalnya, mana mau bila harganya kelewat mahal. Begitu pula untuk membeli rumah dan mendirikan kantor, segala sesuatunya harus diperhitungkan secara fungsional.Sepengetahuan Omar Abdalla, dari bantuan amal sosial sampai kebutuhan perusahaan dipenuhinya dengan baik sepanjang dipandang fungsional.Kepedulian H. Achmad Bakrie pada manusia cukup tinggi. Untuk menyebut satu saja, misalnya di instansi pemerintah. Dari eselon I hingga eselon terendah (eselon V, pen.) dan bahkan noneselon seperti tukang ketik, dihargainya secara fungsional.Sikap respek pada abdi negara dan abdi masyarakat pada jajaran pemerintahan ditunjukkan H. Achmad Bakrie, menurut Omar, berdasar kepada suatu falsafah “human relations” yang pernah didengarnya: “Kalau kita naik gunung jangan melupakan keadaan di kiri dan kanan, sebab ketika terpeleset pertolongan itu datang dari dua sisi ini juga.” Sikap Achmad Bakrie dalam segala hal terutama di bidang bisnis cenderung konservatif tetapi dapat melihat jauh. Meskipun selalu bisa dekat dengan sesama pengusaha tempo doeloe yang pada waktu itu banyak memanfaatkan fasilitas dari penguasa, ia tidak ikut-ikutan latah. Bahkan di antaranya ada yang menawarkan kerja sama untuk mendirikan perusahaan patungan (joint venture). Biar saya kecil tapi saya bisa menguasainya dengan baik. Berteman oke, tetapi bisnis biarlah sendiri-sendiri,” ujarnya seperti yang diucapkan H. Achmad Bakrie.Itu pula sebabnya bahwa kalau bukan dalam kerangka program pemerintah tentang Penanaman Modal Asing (PMA), barangkali joint venture dengan asing tidak dilakukannya. Karena sikap konservatifnya, pemilikan saham beberapa perusahaan asing beralih sepenuhnya pada Bakrie & Brothers.Pengambilalihan perkebunan karet Uniroyal di Kisaran, Sumatera Utara, menurut Omar tidak datang dengan begitu saja, melainkan dengan perhitungan konservatif yang luar biasa. Setelah pengalamannya cukup di bidang industri dan hasil bumi kini, barulah ambisi seperti itu diwujudkannya.Etika bisnisnya setaraf dengan orang-orang dari negara maju, bisa dipercaya dan memberikan yang terbaik bagi semua pihak. Salah satu yang mendukungnya adalah kemampuan berkomunikasi dalam beberapa bahasa terutama bahasa Inggris, Belanda dan lumayan lancar dalam bahasa Jerman dan Jepang.“Dia tahu tata cara negosiasi dan etika internasional, padahal pendidikannya rendah dan berasal dari desa Kalianda Lampung,” ujar pria berbusana terbaik 1977 dan 1988 atas pilihan majalah ibu kota ini penuh antusias.Sikap konservatif Achmad Bakrie agak berubah menjadi korektif-adaptif ketika generasi pelanjut - ketiga putranya - siap memegang kendali perusahaan.Pola tunggal yang bertahan puluhan tahun secara perlahan terkombinasi dengan pola “team work” plus masuknya orang-orang profesional.“Pikiran anak-anak, perkembangannya bukan main, saya sampai ngeri kadang-kadang,” ujar presiden komisaris di beberapa perusahaan raksasa ini menirukan penilaian H. Achmad Bakrie pada terobosan anak-anaknya.Bakrie & Brothers kini berkembang semakin spektakuler. Biarpun tanpa pendirinya lagi, masih terpatri kuat “image” H. Achmad Bakrie.[caption id="attachment_284738" align="aligncenter" width="900"] Aburizal Bakrie Ikut Serta dalam Usaha yang Didirikan ayahnya. Mulai Asisten Dewan Direksi lalu salah satu Direktur di PT Bakrie & Brother. Makin lama kariernya terus menanjak. Pada 1990an, dia menjadi Komisaris Utama Group Bakrie (Foto Kolase)[/caption]Institusi bisnis ini identik dengan pendirinya sepanjang masa. Sebagai “orang luar” Omar Abdalla berpendapat semua orang ingin melihatnya bisa terus maju. Pemerintah ingin perusahaan pribumi ini tetap bertahan karena langka.“Lawan-lawan (saingan) dia, konglomerat pri dan non pri, juga berkeinginan sama agar Kelompok Usaha Bakrie tetap bertahan. Sebab kalau tidak kesenjangan pri dan non pri semakin tajam.” ujarnya.Faktor psikologis semacam itu harus pandai diterjemahkan pelanjutnya dengan terus menghidupkan image H. Achmad Bakrie.Satu hal yang substansial adalah dengan tidak melupakan aspek non bisnis - “social function” dalam arti penerus-penerusnya bisa bergaul dengan begitu banyak kalangan.Penegakan fungsi sosial itu misalnya dikomunikasikan lewat olah raga, kesenian dan sebagainya. Bagaimanapun masyarakat Indonesia ingin agar Kelompok Usaha Bakrie tetap setara dengan konglomerat lainnya dan berkesempatan untuk lebih berkembang lagi.Tetap terbuka lebar, tinggal memilih peluang yang lebih besar lagi. Lalu, jangan tenggelam dengan suatu keadaan seperti kekagetan pemerintah atas sukses akibat deregulasi.Pada jajaran pimpinan, staf dan karyawan, Omar mengimbau agar mereka bisa mengimbangi jiwa entrepreneur penerusnya.[caption id="attachment_284742" align="aligncenter" width="900"] Jajaran Penerus Bakrie & Brothers (Foto Vivanews.com)[/caption]“Itu belum terlihat sepenuhnya. Yang positif adalah bahwa masih ada kebanggaan bekerja di Kelompok Usaha Bakrie karena milik pribumi dengan citra yang cukup baik,” ujarnya di bagian lain. Sumber: Buku "Achmad Bakrie - Sebuah Potret Kerja Keras, Kejujuran, dan Keberhasilan" Syafruddin Pohan, dkk. Cetakan Kedua (e-book), 2011, PT Bakrie & Brothers Tbk, ISBN : 978-602-98628-0-5