Meski potensi banjir lahar dingin Semeru meningkat, namun puluhan penambang pasir di Lumajang, Jawa Timur, tetap nekat beraktivitas. Mereka hanya mengandalkan tanda-tanda alam untuk menjaga keselamatan jiwa masing-masing. Banjir lahar dingin susulan kembali menerjang Sungai Besuk Sat, setelah diguyur hujan deras di puncak Mahameru di Desa Pasrujambe Kecamatan Pasrujambe, Lumajang, Jawa Timur. Banjir bercampur material lumpur meluap sehingga menutup jalur alternatif penghubung kecamatan Pasrujambe dan Candipuro.[caption id="attachment_281435" align="alignnone" width="900"] Para penambang pasir tetap nekat melakukan aktivitas(Foto: ANTV/M. Syahwan)[/caption]Rambu larangan melintas dan beraktivitas saat terjadi banjir ternyata tidak dipatuhi para sopir dan penambang pasir. Bahkan puluhan penambang pasir tetap nekat melakukan aktivitas penambangan, padahal arus lahar cukup deras dan berbahaya. Hal ini terjadi karena aktivitas penambangan merupakan mata pencaharian utama bagi warga sekitar lereng Gunung Semeru. Mereka hanya mengandalkan tanda-tanda alam untuk menjaga keselamatan jiwa dan bencana alam.Tingginya curah hujan akhir-akhir ini memicu potensi terjadinya banjir lahar dingin Semeru meningkat, sehingga cukup berbahaya apabila penambang pasir tradisional masih tetap bekerja di tengah-tengah Sungai Besuk Sat. Pemerintah setempat mengimbau agar warga mengindahkan peringatan dini dan para penambang pasir pada tiga daerah aliran sungai, yakni Besuk Sat, Besuk Kobokan dan Besuk Bang agar tetap waspada dan berhati-hati.Muhammad Syahwan | Lumajang, Jawa Timur