Wilayah yang hampir di setiap jengkal ada coffee shop adalah Jakarta Selatan. Maraknya kemunculan kedai-kedai kopi ini mempengaruhi perkembangan produktivitas anak-anak muda. Terutama para mahasiswa. Mereka kini banyak yang nyambi jadi barista alias peracik kopi. Tren yang positif dan inspiratif.
Cipete, Jakarta Selatan dan Fajar Mohamed Kharisma serta Universitas Mercu Buana. Apa hubungannya?
Kopi. Ya, kopi. Fajar adalah seorang barista di Teduh Coffee yang lokasinya di Cipete, Jakarta Selatan. Fajar juga adalah mahasiswa Universitas Mercu Buana. Saat ini, Fajar duduk di semester sembilan, fakultas Ekonomi, jurusan Manajemen.
[caption id="attachment_277277" align="alignnone" width="900"] Fajar Mohamed Kharisma, mahasiswa Universitas Mercu Buana. Menjadi barista di Teduh Coffee, Cipete, Jakarta Selatan. Foto: Nebula Widya Putri[/caption]
Tidak ada yang mengira kalau dahulu Fajar tidak menyukai kopi. Tidak ada pula yang mengira kalau Fajar telah menjadi barista di Teduh Coffee selama dua tahun. Dan ternyata, sebelum menjadi Teduh Coffee, tempat ini adalah lokasi tongkrongannya masa SMA.
Salah satu temannya yang pernah menjadi barista muncul ide untuk mengubah lokasi tongkrongan ini menjadi sebuah kedai kopi. Fajar pun turut andil membangun Teduh Coffee. Mempelajari ragam cara meracik kopi, hingga kemudian menjadi barista.
[caption id="attachment_277288" align="alignnone" width="900"] Foto: Nebula Widya Putri[/caption]
Fajar melakoni kerja sebagai peracik kopi karena ingin mengurangi hobi masa lalunya yang hanya menongkrong. Ia bekerja di Teduh Coffee agar lebih produktif serta mengurangi aktivitas-aktivitas yang tidak terlalu bermanfaat.
“Nilai kehidupan yang bisa gue ambil adalah dunia kerja itu pahit. Cari uang itu susah,” tutur Fajar.
[caption id="attachment_277279" align="alignnone" width="900"] Barista cantik sekaligus mahasiswi Universitas Al Azhar Indonesia, Dea Alfiyah sedang meracik kopi di Kozi Coffee 9.0 Lebak Bulus. Foto: Instagram @dealfiyah[/caption]
Selain Fajar, ada pula Dea Alfiyah, mahasiswi Universitas Al Azhar Indonesia. Dea adalah barista di Kozi Coffee 9.0 Lebak Bulus. Berbeda dengan Fajar, kalau Dea menjadi barista berawal dari kecintaannya pada kopi. Dari sinilah ia mempelajari seluk-beluk kopi. Belajar meracik kopi termasuk pula seni memperindah sajian kopi dalam cangkir.
[caption id="attachment_277281" align="alignnone" width="899"] Dea Alfiyah di Kozi Coffee 9.0 Lebak Bulus. Foto: Instagram @dealfiyah[/caption]
“Awalnya memang langsung jadi barista, tapi belum terlalu bisa dan banyak belajar dari para barista senior hingga menonton video YouTube untuk berbagai cara steam hingga latte art,” ujar Dea.
[caption id="attachment_277283" align="alignnone" width="900"] Dea Alfiyah sedang menerawang, jadi psikolog atau tetep jadi barista ya? Foto: Instagram @dealfiyah[/caption]
Memiliki dua kesibukan berbeda, sebagai mahasiswi dan barista membuat Dea harus mampu membagi waktu. Jadwal perkuliahan di pagi hari dan menjadi barista. Terkait tugas kuliah, Dea selesaikan di rumah setelah jam kerja berakhir.
[caption id="attachment_277285" align="alignnone" width="900"] Dea manyun karena capek banyak cucian gelas ya? Foto: Instagram @dealfiyah[/caption]
Baik Dea maupun Fajar tidak berencana tetap menggeluti dunia kopi setelah lulus dari universitas masing-masing. Fajar berencana untuk menggeluti bidang lain, sedangkan Dea berencana untuk melanjutkan kegiatan yang berhubungan dengan jurusannya di kampus, yaitu Psikologi.
Nebula Widya Putri,
Mahasiswa magang dari Politeknik Negeri Jakarta jurusan Penerbitan Jurnalistik.