Benyamin Sueb Ogah Jadi Menteri Penerangan

Benyamin Sueb Ogah Jadi Menteri Penerangan (Foto : )

Apa jadinya jika Benyamin Sueb menjadi Menteri Penerangan? Bisa jadi, lucunya berlipat kali! Lucu beneran pun lucu karena kikuk! Coba bayangkan saat Bang Ben mengatakan mantra pamungkas: “Menurut petunjuk Bapak Presiden”. Ngakak gak sih? Suatu hari selepas maghrib pada akhir 1970-an, Benyamin Sueb, dipanggil ke Jalan Cendana, Jakarta Pusat, rumah pribadi Presiden Soeharto. Seniman yang suka ngebanyol ini mengajak Wiryanto, sahabatnya. Wiryanto yang menyetir mobil. Benyamin deg-degan sebagai penumpang. Ada apa, Pak Harto memanggilnya?

Wiryatno yang biasa dipanggil Kife oleh Bang Ben saat itu menjabat Manajer Pemasaran Adiasa Film, perusahaan milik Soewoto Soekendar, mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara. Adiasa Film memproduksi beberapa film yang dibintangi Benyamin Sueb. Tak disangka, Bang Ben malah ditawari jabatan menteri oleh Pak Harto! Menteri Penerangan! Bang Ben syok! Cuma cengar-cengir! Lalu, apa jawaban Bang Ben kala itu? “Saya kagak berani, Pak Presiden. Saya orangnya belum kebal, suka kagak tahan godaan. Nanti kalau ada yang dateng bawa duit lima karung, gimana? Masak saya tolak, hehehe ... Ditolak mubazir, saya terima jadi korupsi, dong,” Wiryanto menirukan jawaban Benyamin. Bang Ben melewatkan jabatan penting begitu saja. Presiden Soeharto hanya tersenyum. Namun Wiryanto mengomel. “Kenape ditolak? Kalau Bang Ben jadi menteri, biar saya yang jadi sekretaris jenderalnya. Saya akan urus semuanya,” kata Wiryanto. Benyamin menjawab, "Kagak mau. Gua ogah main politik. Gue kagak bisa boong.” [caption id="attachment_271713" align="alignnone" width="728"] Benyamin Sueb bertemu Presiden Soeharto dan Ibu Tin. (Foto: Lokadata.id)[/caption] Adalah Zainin Selamet. Dia adalah teman Ben di grup Melody Boys. Zainin Selamet di buku Benyamin S. Muka Kampung Rejeki Kota menulis bahwa dirinya pernah diajak Bang Ben ke kantor Golkar di Slipi. Di situ Bang Ben ditawari jadi anggota DPR/MPR urutan nomor lima, sebagai utusan golongan. Bang Ben menolak! Alasannya tidak mau pusing dan kebebasannya terganggu jika jadi anggota dewan. Bang Ben kemudian merekomendasi Eddy Sud. Jalan Seni Bang Ben Benyamin Sueb memang punya segudang cerita unik. Sebelum tenar sebagai penyanyi dan bintang film pernah menjadi kondektur bus Pengangkutan Penumpang Djakarta (PPD) dan staf Kodam V Jakarta Raya. Jadi ceritanya, Bang Ben punya cita-cita menjadi penerbang atau pilot. Setelah lulus SMA, ia mendaftarkan diri di Akademi Angkatan Udara. Ia lulus ujian masuk. Namun ibunda tidak menginjinkannya menjadi seorang penerbang. Pupus harapan menjadi pilot, ia melanjutkan kuliah jurusan manajemen namun tidak menyelesaikan. Bang Ben hidup di jalanan menjadi kondektur bus, tukang roti, hingga menjadi karyawan admnistrasi di bagian peralatan dan amunisi Angkatan Darat Kodam V Jaya. Ondel-Ondel Kecintaan Bang Ben pada seni tak pernah pupus. Bang Ben memperkenalkan Ondel-Ondel. Bang Ben memopulerkan ondel-ondel yang dulunya disebut Barongan. Apalagi saat lagunya yang berjudul 'Ondel-Ondel' dirilis tahun 1971. Pamor kesenian Betawi pun makin moncer. Dari sinilah Barongan lebih dikenal sebagai Ondel-Ondel. Nubruk Tradisi Betawi Ekspresi seni Bang Ben bersama partai politik menjadi pilihan dapur. Bang Ben memilih Golkar! Bang Ben dinilai menubruk tradisi Betawi. Mengapa? Ada slogan: Haram bagi Betawi pilih partai selain PPP. Namun saat itu bisa dipahami sikap Bang Ben memilih Golkar. Mungkin cari aman. Karena ada artis PPP yang sudah syuting, tapi tidak ditayangkan TVRI. [caption id="attachment_271715" align="alignnone" width="525"] Benyamin Sueb dan Harmoko. (Foto: Lokadata.id)[/caption] Benyamin direkrut Partai Golkar sebagai juru kampanye atas rekomendasi Harmoko. Ya! sebatas jurkam saja dengan membuatkan lagu-lagu kampanye untuk Golkar. Di antaranya Golkar-mu, Golkar-ku dan Coblos Nomer Dua. Wasiat Benyamin Sueb meninggal pada 5 September 1995. Para pejabat negara bersama ribuan orang menghantarkannya ke peristirahatan terakhir di Tempat Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta. Sesuai dengan wasiatnya, Bang Ben minta dikubur di samping makam Bing Slamet, seniman sahabat sekaligus gurunya. (*)