Hadapi Dengan Senyuman, Tak Gentar Keluar Penjara

IMG_8Jan2020074813 (Foto : )

Belajar ketrampilan selama di lapas. Membuat percaya diri warga binaan selepas keluar lapas. Lembaga pemasyarakatan bukanlah tempat penghakiman, melainkan wadah untuk memperbaiki diri dan menghasilkan karya positif yang bermanfaat. Stigma sebagai mantan narapidana membuat, para mantan napi ini susah mencari kerja. Ditambah lagi dikucilkan dari lingkungan sosial yang makin membuat akses informasi kerja terbatas. Bekal ketrampilan untuk mantan napi kembali ke masyarakat ini lah yang disiapkan Lembaga Permasyarakatan (lapas) Perempuan Kelas II A, Bandung. Menurut Rafni Trikorianty Irianta, Kalapas Perempuan Kelas II A Bandung, selama warga binaan berada di lapas perempuan ini mereka dibekali program kemandirian. Program yang akan menggiring warga binaan untuk menghasilkan aneka karya cemerlang dan bernilai ekonomi. Lalu kursus apa sajakah yang ada di lapas ini? Dalam lapas wanita-wanita ini ditawarkan berbagia ketrampilan seperti melukis, menjahit, budidaya tanaman, kursus salon, dan membuat pernak pernik dari kain perca. Mereka yang memilih budidaya tanaman terlihat sudah memulai aktivitasnya dari matahari belum tinggi. Berbagai tanaman hias ditata dan dikelola. Para warga binaan. Bahkan mereka memiliki lahan sendiri untuk mengembangkan minatnya.

  Untuk mereka yang konsern pada bidang kecantikan, lapas juga menyediakan ruang salon. Di sini para warga binaan bisa belajar potong ramput, menyanggul, makeup, rias penganten hingga menicure dan pedicure. Tapi banyak juga warga binaan yang menyukai lukisan. Mereka di letakkan di ruang khusus untuk memberi guratan pada kanvas yang sudah disediakan. Hasl lukisannya tak kalah bagus dengan seniman profesional.

“Ada kekhawatiran dari saya dan teman-teman ketika akan keluar dari lapas. Kami tau lah pasti akan dijauhi keluarga dan teman. Apalagi mau cari kerja susah. Makanya saya sangat berterimakasih di sini saya di bekali keahlian. Saya bisa mengembangkan minta dan bakat saya. Semoga di luar nanti bisa bekerja dengan modal yang sudah diberi di lapas,” ungkap Rinjani warga binaan.

 Tak hanya pembekalan berupa ilmu, para warga binaan juga mendapatkan uang dari hobi mereka selama di lapas. Ini menjadi modal mereka untuk memulai usaha ketika keluar dari lapas. “Saya inginnya anak-anak keluar dari sini ga susah. Masih bisa berkarya dan menghidupkan dirinya. Saya ga mau mereka melakukan tindakan yang melanggar hukum lagi hanya karena kesulitan dapat kerja ketika bebas,” kata Rafni Trikorianty Irianta. Asep Bar Bara/ Bandung, Jawa Barat