Perang Islam Dan Hindu Di Purnama Ke Tujuh Langit Lingsar

IMG_15Des2019105837 (Foto : )

Perang Topat, Perang antar Umat Hindu dan Umat Muslim. Terjadi di Purnama Ke Tujuh Penanggalan Suku Sasak. Pernah kah anda mendengar 'perang topat'? Perang antara umat Muslim dan umat Hindu di Pura Lingsar, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Meskipun namanya sedikit horor, perang topat bukan lah perang yang diakhiri dengan pertumpahan darah pada umumnya. Namun perang topat  yang dimaksud adalah saling melempar ketupat di antara masyarakat Muslim dengan masyarakat Hindu. Ketupat yang telah digunakan untuk berperang seringkali diperebutkan, karena dipercaya bisa membawa kesuburan bagi tanaman agar hasil panennya bisa maksimal. Kepercayaan ini sudah berlangsung ratusan tahun, dan masih terus dijalankan. Tradisi perang topat ini menceritakan kedamaian masyarakat Lombok Barat saat mempraktikkan hidup dalam keberagaman. Islam dan Hindu menyatu tanpa ada gesekan dan konfrontasi. Yang muncul justru tradisi Perang Topat yang lestari hingga sekarang. Perang antar kedua umat beragama ini dilakukan sore hari, setiap bulan purnama ke tujuh dalam penanggalan Suku Sasak. Sore hari yang merupakan puncak acara  di gelar. Setelah salat ashar atau dalam bahasa Sasak “rarak kembang waru” (gugur bunga waru). Tanda itu dipakai oleh orang tua dulu untuk mengetahui waktu salat Ashar. Setiap perang topat digelar ratusan peserta perang antara umat Muslim dan Hindu serta suku Sasak dan Bali hadir berbaur menjadi satu. Mereka datang untuk menghadiri sebuah tradisi masyarakat Lombok Barat yang sudah berlangsung ratusan tahun. Gambaran keharmonisan umat beragama tersebut bisa disaksikan sebelum puncak Perang Topat dimulai dengan ritual mengarak kerbau. Tokoh agama dari perwakilan umat Muslim dan Hindu memegang tali kerbau saat mengarak keliling taman Pura Lingsar. Kerbau merupakan simbolisasi penghormatan umat muslim pada umat hindu. Saat ini perang Topat merupakan salah satu jualan pariwisata Lombok. Menjual Budaya untuk menggantang wisatawan. Yuk ke Lombok, siapa tahu anda beruntung tiba di purnama ke tujuh suku Sasak. Sumber: Kementerian Pariwisata